Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 8 April 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 8 April 2025 merupakan Hari Selasa Pekan V Prapaskah, Santo Redemptus de Ferento, Uskup dan Pengaku Iman, Santo Edesius, Martir, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 8 April 2025:
Bacaan Pertama Bilangan 21:4-9
“Setiap orang yang terpagut ular, jika ia memandang ular tembaga itu, ia akan tetap hidup.”
Ketika umat Israel berangkat dari Gunung Hor, mereka berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom. Bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.
Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa, “Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami telah muak akan makanan hambar ini!”
Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel itu mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata, “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan supaya dijauhkan ular-ular ini dari kami.”
Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”
Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 102:2-3.16-18.19-20
Ref. Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu.
Tuhan, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku!
Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi menyegani kemuliaan-Mu, bila Engkau sudah membangun Sion, dan menampakkan diri dalam kemuliaan-Mu; bila Engkau mendengarkan doa orang-orang papa, dan tidak memandang hina doa mereka.
Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab ia telah memandang dari tempat-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari surga ke bumi.
Bait Pengantar Injil PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Benih itu adalah Sabda Tuhan, penaburnya adalah Kristus. Setiap orang yang menemukan Dia, akan hidup selama-lamanya.
Bacaan Injil Yohanes 8:21-30
“Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia.”
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang banyak, “Aku akan pergi, dan kamu akan mencari Aku; tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.”
Maka kata orang-orang Yahudi itu, “Apakah Ia mau bunuh diri, dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.
Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Maka kata mereka kepada-Nya, “Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka, “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu.
Akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya itulah yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa.
Maka kata Yesus, “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.
Dan Ia yang telah mengutus Aku,menyertai Aku! Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 8 April 2025
Renungan Homili – Hari Biasa Pekan Prapaskah V
(Bacaan: Bilangan 21:4-9, Yohanes 8:21-30)
“Melihat dan Percaya: Dari Ular Tembaga ke Salib Kristus”
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Pernahkah kita merasa lelah dalam hidup? Lelah karena jalan yang kita tempuh terasa begitu panjang, terlalu berat, terlalu membingungkan? Rasanya seperti bangsa Israel dalam bacaan pertama hari ini: berjalan jauh, lapar, haus, kecewa, dan akhirnya marah. Marah pada keadaan, marah pada sesama, dan bahkan marah pada Tuhan.
“Kami muak akan makanan hambar ini,” kata mereka. Padahal itu manna dari surga. Bukankah sering juga kita mengeluh pada Tuhan, “Tuhan, hidupku gini-gini aja. Capek. Kok Engkau diam saja?” Kita lupa bahwa di tengah segala keterbatasan, Tuhan tetap mencukupi. Tapi saat hati kita sudah penuh keluhan, kita jadi buta terhadap kebaikan-Nya.
Dan inilah yang terjadi: bangsa itu dipagut ular. Luka. Menderita. Mati. Tapi di situlah Tuhan justru hadir dengan cara yang sangat mengejutkan. Ia memerintahkan Musa membuat ular dari tembaga, benda yang menyerupai racun itu sendiri, dan menaruhnya tinggi-tinggi di sebuah tiang. Dan mereka yang memandangnya dengan iman, hidup.
Apa maksudnya ini, saudara-saudari? Ular itu simbol dosa, simbol penderitaan. Tapi justru dengan memandang ke sana—dengan menyadari kelemahan dan luka sendiri—dan percaya pada janji Tuhan, mereka diselamatkan. Kesembuhan datang bukan dari lari dari kenyataan, tetapi dengan memandangnya secara jujur, lalu mempercayakan luka itu kepada Tuhan.
Dan Injil hari ini membawa kita melangkah lebih jauh. Yesus berkata:
“Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia.”
Yesus sedang menunjuk ke Salib. Dia yang tak berdosa, justru diperlakukan seperti ular: diangkat tinggi, menjadi lambang dari segala dosa dan kutuk dunia. Tapi justru dari Salib itulah keselamatan datang.
Bapa Ibu, saudara-saudariku yang terkasih, inilah iman yang kita hidupi: bukan iman yang menutupi luka, tapi iman yang membawa luka kita ke hadapan Tuhan. Banyak dari kita memikul luka batin: kegagalan, kehilangan, relasi yang rusak, perasaan tidak layak, atau dosa-dosa masa lalu. Dan kita sering ingin lari dari semua itu. Tapi hari ini Tuhan bilang: “Jangan lari. Lihatlah Aku yang tergantung di Salib. Akulah harapanmu.”
Memandang salib bukan hanya soal melihat patung Yesus tergantung di dinding. Tapi memandang Salib artinya membuka hati pada kasih Allah yang tidak pernah menyerah. Yang tahu betapa remuknya kita, namun tetap mau menyelamatkan.
Dan sama seperti Musa tidak menurunkan ular tembaga itu, Yesus juga tidak turun dari salib. Ia tinggal di sana—karena di sanalah kita bisa menatap-Nya dan berkata: “Tuhan, aku percaya. Meskipun aku rapuh, meskipun hidupku penuh luka, aku percaya kasih-Mu lebih besar.”
Saudara-saudari, hari ini Tuhan mengajak kita untuk tidak menyembunyikan luka-luka kita, tapi membawanya kepada Dia. Memandang-Nya. Percaya kepada-Nya. Dan ketika kita melakukan itu, seperti bangsa Israel di padang gurun, kita akan hidup. Bukan hidup yang sempurna tanpa tantangan, tapi hidup yang dijalani dengan iman, pengharapan, dan kekuatan baru dari Tuhan.
Jadi, mari kita bertanya dalam hati hari ini:
Apa “ular” yang sedang menggigit hidupku?
Apa luka yang terus aku hindari?
Dan, apakah aku sudah benar-benar memandang Salib dan percaya pada kasih Kristus?
Semoga dalam masa Prapaskah ini, kita semakin jujur terhadap diri sendiri, semakin percaya pada Tuhan, dan semakin berani untuk hidup dalam terang kasih-Nya.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku memandang Salib-Mu dengan iman, saat hidup terasa berat dan luka begitu nyata. Kuatkan aku untuk percaya, bahwa dalam penderitaan pun, kasih-Mu tetap hadir dan menyelamatkan. Pulihkan hatiku, dan jadikan aku pribadi yang setia.