Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 25 Maret 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 25 Maret 2025 merupakan merupakan Hari Selasa Biasa Pekan III Prapaskah, HARI RAYA KABAR SUKACITA Maria Menerima Kabar Gembira dari Malaikat Gabriel, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 25 Maret 2025:
Bacaan Pertama Yesaya 7:10-14;8:10
“Seorang perempuan muda akan mengandung.”
Tuhan berfirman kepada Raja Ahas, “Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, entah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah, entah sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.”
Tetapi Ahas menjawab, “Aku tidak mau minta! Aku tidak mau mencobai Tuhan!” Lalu berkatalah Nabi Yesaya, “Baiklah! Dengarkanlah, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?
Sebab itu, Tuhan sendirilah yang akan memberikan suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel, artinya: Allah menyertai kita.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11
Ref. Ya Tuhan, aku datang melakukan kehendak-Mu.
Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut, lalu aku berkata, “Lihatlah, Tuhan, aku datang!”
Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: “Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku.”
Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan.
Keadilan-Mu tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan dan keselamatan-Mu kubicarakan, kasih dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan, tapi kuwartakan kepada jemaat yang besar.
Bacaan Kedua Ibrani 10:4-10
“Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.”
Saudara-saudara, tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika Kristus masuk ke dunia, Ia berkata, “Kurban dan persembahan tidak Engkau kehendaki.
Sebagai gantinya Engkau telah menyediakan tubuh bagiku. Kepada kurban bakaran dan kurban penghapus dosa Engkau juga tidak berkenan. Maka Aku berkata: Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allahku.”
Jadi mula-mula Ia berkata, “Engkau tidak menghendaki kurban dan persembahan; Engkau tidak berkenan akan kurban bakaran dan kurban penghapus dosa meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat.
Dan kemudian Ia berkata, “Lihat, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu.” Jadi yang pertama telah Ia hapuskan untuk menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil Yohanes 1:14ab
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Firman telah menjadi manusia, dan diam di antara kita dan kita telah melihat kemuliaan-Nya.
Bacaan Injil Lukas 1:26-38
“Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki.”
Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu.
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Maka kata Maria, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 25 Maret 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengar kisah yang sangat akrab di telinga kita, yaitu tentang Maria yang menerima kabar dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Juru Selamat. Bacaan Injil ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana sikap iman Maria yang penuh ketaatan dan kepercayaan kepada kehendak Tuhan.
Mari kita tempatkan diri kita dalam peristiwa ini. Bayangkan bagaimana perasaan Maria saat menerima kabar tersebut. Mungkin ada rasa takut, bingung, bahkan ragu. “Bagaimana mungkin?” itu pertanyaan manusiawi yang keluar dari hatinya. Tetapi malaikat menegaskan bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dan di sinilah Maria menunjukkan iman sejatinya: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”
Maria dan Keberanian dalam Iman
Maria adalah teladan bagi kita semua dalam menanggapi panggilan Tuhan. Ia tidak bertanya, “Apa untungnya bagiku?” atau “Bagaimana jika orang lain tidak percaya?” Ia menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan. Ini adalah sikap iman yang seharusnya kita teladani. Dalam hidup kita, sering kali kita dihadapkan pada situasi yang tidak kita mengerti, yang menakutkan, atau yang membuat kita ragu. Namun, apakah kita berani berkata seperti Maria, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”?
Allah Menyertai Kita dalam Segala Keadaan
Dalam bacaan pertama, kita juga mendengar janji Tuhan kepada Raja Ahas melalui nabi Yesaya: “Seorang perempuan muda akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel.” Imanuel berarti “Allah menyertai kita.” Ini adalah kepastian bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Berapa banyak dari kita yang merasa sendirian dalam masalah hidup? Berapa banyak yang merasa Tuhan jauh saat kita menghadapi penderitaan? Hari ini, Tuhan sendiri mengingatkan kita: Aku menyertai engkau.
Melakukan Kehendak Tuhan dalam Hidup Sehari-hari
Dalam bacaan kedua dari surat Ibrani, kita diajak untuk memahami bahwa hidup iman bukan hanya tentang ritual atau formalitas. Tuhan tidak menghendaki kurban dan persembahan, tetapi menginginkan hati yang siap melakukan kehendak-Nya. Seperti Yesus yang datang ke dunia bukan hanya untuk menjalankan hukum Taurat, tetapi untuk menyelamatkan manusia dengan kasih dan pengorbanan, kita pun dipanggil untuk hidup menurut kehendak Tuhan.
Sering kali kita mencari Tuhan hanya dalam perayaan besar, dalam ibadah, atau saat kita butuh pertolongan. Namun, bagaimana dengan hidup sehari-hari? Apakah kita berani mengampuni orang yang menyakiti kita? Apakah kita siap melayani sesama tanpa pamrih? Apakah kita mau tetap setia dalam iman meskipun menghadapi kesulitan?
Saudara-saudari, iman bukan hanya soal memahami, tetapi soal mempercayai dan melangkah. Maria mengajarkan kita bahwa iman sejati adalah kesiapan untuk menerima rencana Tuhan, bahkan ketika kita tidak sepenuhnya mengerti.
Hari ini, marilah kita belajar dari Maria:
- Percaya bahwa Tuhan menyertai kita dalam segala situasi.
- Berani mengatakan “Ya” pada kehendak-Nya meskipun sulit.
- Menghidupi iman kita dalam tindakan nyata setiap hari.
Semoga kita semua semakin bertumbuh dalam iman, semakin berani untuk berkata seperti Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.” Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang Mahakasih, ajarilah aku untuk percaya seperti Maria, menerima kehendak-Mu dengan hati yang tulus. Dalam setiap tantangan, ingatkan aku bahwa Engkau selalu menyertaiku. Bimbing aku untuk hidup dalam iman, kasih, dan ketaatan kepada-Mu. Amin. 🙏