Wah, udah pada denger belum nih? Sistem Inti Administrasi Perpajakan alias Coretax lagi jadi bahan omongan panas! Bayangin, duit negara udah digelontorin lebih dari Rp1 triliun buat bikin sistem ini, tapi malah bikin orang tambah pusing! Bukannya makin gampang, malah banyak yang marah-marah gara-gara error di sana-sini.
Nah, Ombudsman Republik Indonesia nggak tinggal diam, guys! Ombudsman Pantau dan Cek Masalah Utama yang Bikin Sistem Inti Administrasi Perpajakan Coretax Sering Error.
Salah satu anggotanya, Yeka Hendra Fatika, bilang kalau ada potensi malaadministrasi dalam penerapan Coretax yang seharusnya bikin proses pajak jadi lebih simpel dan terintegrasi.
“Keluhan dari pengguna harus segera diberesin,” tegas Yeka saat diwawancarai Antara di Jakarta, Rabu (12/2/2025).
Yeka juga berharap Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan, yang bertanggung jawab atas Coretax, bisa segera berbenah dan kasih solusi lain buat para wajib pajak biar nggak kesulitan saat ngurus laporan pajak.
3 Masalah Coretax yang Bikin Pening Menurut Yeka, ada tiga masalah utama yang bikin Coretax kacau balau:
- Nggak Sesuai Target – Sistem ini nggak berjalan sesuai dengan Perpres Nomor 40 Tahun 2018 yang jadi dasar pembaruannya. Jadi, kayak nggak nyampe ekspektasi gitu!
- Banyak Bug! – Para pengguna ngeluh kalau Coretax sering error alias penuh bug. Akibatnya, aplikasi jadi nggak bisa dipakai dengan normal.
- Kadang Nggak Bisa Diakses – Ini yang paling nyebelin! Ada kalanya Coretax malah nggak bisa dibuka sama sekali. Duh, gimana mau urus pajak kalo sistemnya ngambek?
“Sampai sekarang, sistem ini belum bisa kasih layanan yang dijanjikan,” tambah Yeka.
Sri Mulyani: Tenang, Kita Perbaiki! Menteri Keuangan, Sri Mulyani, nggak tinggal diam, dong! Beliau bilang kalau pemerintah bakal terus kerja keras buat ngefix masalah di Coretax. “Saya ngerti banget keluhan dari masyarakat soal Coretax. Kita bakal terus perbaiki sistem ini,” katanya di acara Mandiri Investment Forum 2025 (MIF) di Jakarta, Selasa (11/2).
Sri Mulyani juga jelasin kalau bikin sistem serumit Coretax yang harus ngolah 8 miliar transaksi itu bukan perkara gampang.
“Bukan berarti ini jadi alasan buat ngelambatin perbaikan, ya. Tapi kita pengen bikin sistem pajak yang digital, kuat, dan memudahkan wajib pajak buat bayar pajak sesuai aturan,” tambahnya.
Sebagai langkah solusi sementara, DJP dan DPR sepakat buat tetap ngejalanin Coretax bareng sistem pajak lama.
Jadi, beberapa fitur kayak pelaporan SPT Tahunan sebelum 2025 via e-Filing di Pajak.go.id dan e-Faktur Desktop buat wajib pajak PKP tertentu tetap bisa dipakai.
Harapannya sih, dengan perbaikan yang terus dikebut, Coretax bisa jadi sistem yang lebih kece, efektif, dan efisien buat bantu administrasi pajak di Indonesia. Semoga makin gampang, ya!
