Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 9 September 2024.
Kalender Liturgi hari Senin 9 September 2024 merupakan Hari Senin Biasa XXIII, Perayaan fakultatif Santo Petrus Klever, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 9 September 2024:
Bacaan Pertama 1Kor 5:1-8
Buanglah ragi yang lama;sebab Kristus, Anak Domba Paskah kita, telah disembelih.
Saudara-saudara, ada berita bahwa di antara kalian terdapat percabulan;bahkan percabulan yang begitu rupa yang di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pun tidak terdapat; yaitu bahwa ada orang yang hidup dengan isteri ayahnya. Sekalipun demikian, kalian malahan menyombongkan diri. Tidakkah lebih patut kalian berdukacita dan menyingkirkan orang yang berbuat demikian dari tengah-tengah kalian?
Mazmur Tanggapan Mzm 5:5-6.7.12
Ref:Tuhan, bimbinglah aku dalam keadilan-Mu.
Engkau bukanlah Allah yang berkenan akan kefasikan;orang jahat takkan menumpang pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau benci terhadap semua orang yang melakukan kejahatan.
Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong,Tuhan jijik melihat penumpah darah dan penipu.
Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita,mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya,karena Engkau menaungi mereka;karena Engkau,akan bersukarialah orang-orang yang mengasihi nama-Mu.
Bait Pengantar Injil Yoh 10:27
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan.Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku.
Bacaan Injil Luk 6:6-11
Mereka mengamat-amati Yesus,kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat.
Pada suatu hari Sabat Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar.Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, agar mereka mendapat alasan untuk menyalahkan Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Ia berkata kepada orang yang mati tangannya, “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri di tengah.
Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Aku bertanya kepada kalian: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?” Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu, “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu mengulurkan tangannya dan sembuhlah ia. Maka meluaplah amarah ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 9 September 2024
Dalam Injil Lukas 6:6-11, Yesus menunjukkan kepada kita satu hal penting: kasih itu di atas segala aturan. Bayangkan Yesus di rumah ibadat pada hari Sabat, hari yang menurut aturan Yahudi harus diisi dengan istirahat. Namun, di hadapan-Nya ada seorang dengan tangan yang mati, yang butuh pertolongan. Di sekitar-Nya, para ahli Taurat dan orang Farisi mengamat-amati, mencari-cari alasan untuk menyalahkan-Nya jika Dia berani menyembuhkan orang pada hari Sabat. Mereka terikat pada aturan, sementara Yesus melihat lebih jauh, lebih dalam—Dia melihat kebutuhan manusia yang nyata.
Yesus bertanya kepada mereka, “Manakah yang lebih diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?” Pertanyaan ini bukan hanya untuk mereka di masa lalu, tapi juga untuk kita sekarang. Setiap hari, kita dihadapkan pada pilihan untuk melakukan kebaikan atau tetap diam karena terikat pada aturan atau kebiasaan yang kita buat sendiri. Yesus menegaskan bahwa kasih tidak mengenal waktu; kebaikan tidak boleh dihalangi oleh aturan yang kaku.
Sementara itu, dalam surat pertama kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus berbicara tentang masalah yang lebih mendalam—tentang bagaimana dosa bisa merusak komunitas dan diri kita. Ia menggunakan gambaran ragi, yang sedikit saja bisa meresap ke seluruh adonan. Demikian juga dosa, jika dibiarkan, dapat meresap ke dalam hidup kita, merusak segalanya. Paulus mengingatkan jemaat Korintus, dan kita semua, untuk membersihkan diri dari “ragi” keburukan dan dosa, agar kita bisa menjadi “adonan” baru yang murni dan benar di hadapan Tuhan.
Kedua bacaan ini mengajak kita untuk merenungkan hidup kita di zaman sekarang. Dalam dunia yang penuh aturan, norma, dan kebiasaan, kadang kita lupa esensi dari hidup beriman: kasih. Kasih kepada sesama harus menjadi pusat tindakan kita, bahkan jika itu berarti melanggar kebiasaan atau aturan yang kaku. Seperti Yesus yang menyembuhkan tanpa peduli apa yang akan dikatakan orang, kita pun dipanggil untuk melakukan kebaikan kapan pun ada kesempatan.
Namun, kita juga diingatkan untuk tidak meremehkan dosa-dosa kecil yang bisa menggerogoti hidup kita. Dosa-dosa itu mungkin terlihat sepele di awal, tapi jika dibiarkan, bisa merusak hati dan hidup kita secara keseluruhan. Kita perlu merenung, membersihkan diri dari dosa, dan kembali kepada Tuhan dengan hati yang murni. Ini bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang memiliki niat tulus untuk berubah dan hidup lebih baik setiap hari.
Melalui kedua bacaan ini, Tuhan mengajarkan kita untuk berani berbuat baik tanpa terikat aturan yang kaku, dan untuk menjaga kemurnian hidup kita dari pengaruh dosa. Hidup beriman bukan hanya soal menaati aturan, tapi soal bagaimana kasih kita kepada sesama diwujudkan dalam tindakan nyata. Itulah iman yang hidup, iman yang nyata, dan iman yang bisa kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Doa Penutup
Ya Tuhan, ajari aku untuk selalu mengutamakan kasih di atas segalanya, seperti Yesus yang mengasihi tanpa batas. Tolonglah aku untuk berani berbuat baik kapan pun kesempatan datang, dan jauhkan hatiku dari dosa-dosa kecil yang bisa merusak hidupku. Amin.