Menurut pengamat pendidikan Ina Liem, remaja yang baru lulus SMA mengalami kesulitan dalam memilih jurusan kuliah karena mereka sedang mengalami fase usia galau. “Proses memilih jurusan memang seharusnya tidak dilakukan seorang diri,” terangnya kepada Kompas.com, Kamis (4/5/2023).
Liem menjelaskan bahwa proses pemilihan jurusan seharusnya tidak dilakukan seorang diri dan setiap anak membutuhkan bimbingan dari orang tua dan pihak sekolah. Sayangnya, banyak orang tua dan sekolah yang kurang aktif dalam memberikan bimbingan sehingga remaja sulit untuk memutuskan jurusan yang tepat.
Liem juga menyoroti sistem pendidikan Indonesia yang hanya fokus pada materi pembelajaran, tanpa memperhatikan bakat-bakat anak.
Selama bertahun-tahun, sistem pendidikan Indonesia lebih memfokuskan pada konten dan hafalan materi, sehingga anak-anak kurang mendapatkan ruang untuk mengembangkan bakat mereka. Hal ini memperumit proses pemilihan jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
“Selama berpuluh-puluh tahun, sistem pendidikan kita kan berfokus pada konten, satu arah, anak dijejali dengan hafalan materi,” jelasnya.
Liem menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada pengetahuan akademis, tetapi juga harus memperhatikan pengembangan bakat dan keterampilan siswa. Orang tua dan pihak sekolah harus berperan aktif dalam membantu remaja dalam menemukan passion mereka dan memilih jurusan yang tepat untuk masa depan mereka.
Bakat-bakat anak sering terlewatkan karena tidak tertera di nilai rapor. Selain itu, Ina mencontohkan bahwa anak mungkin memiliki minat pada suatu bidang, namun cara pengajaran yang salah membuat minat itu tidak berkembang.
“Kadang anak tidak berminat ke kimia, padahal yang tidak diminati teori kimianya. Tapi kalau cara belajarnya relevan, misalnya diajak membuat shampo, mungkin jadi berminat,” ucap Ina.
SOLUSI MEMILIH JURUSAN KULIAH
Profesor Didi Sukyadi, Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), memberikan sejumlah solusi bagi para lulusan SMA dalam menentukan jurusan kuliah yang tepat.
“Harus ada kerja sama yang baik antara calon mahasiswa, orang tua, dan sekolah dalam memilih dan mengarahkan jurusan dan karir masa depan siswa itu agar tepat dan nyaman dalam menjalani hidupnya,” ujarnya.
Berikut adalah beberapa solusi yang dapat membantu lulusan SMA dalam memilih jurusan kuliahnya:
Calon mahasiswa
Didi Sukyadi, Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menjelaskan bahwa banyak calon mahasiswa yang belum memahami minat, bakat, dan kemampuan diri mereka. Hal ini membuat mereka memilih jurusan kuliah tanpa pertimbangan yang matang.
“Sehingga ada yang memilih jurusan yang peluang lulusnya kecil, pilihan pertama tingkat persaingannya lebih rendah dari pilihan kedua, atau memilih jurusan karena teman-temannya memilih jurusan itu,” tambahnya.
Dalam mengatasi hal ini, Didi menyarankan agar calon mahasiswa mengetahui minat, bakat, dan kemampuan diri mereka sehingga dapat memilih jurusan yang sesuai dengan keahlian mereka.
Orang Tua
Didi menekankan bahwa peran orang tua sangat penting dalam menentukan jurusan kuliah anak. Orang tua sebaiknya memahami kemampuan anak mereka agar dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan.
“Beberapa orang tua mengarahkan atau bahkan memaksa anaknya masuk jurusan atau prodi tertentu, padahal tidak diminati atau disukai anaknya,” katanya.
Akibatnya, anak bisa jadi tidak menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam ujian, merasa tersiksa, tidak berprestasi, atau kuliah sekedarnya saja. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya harus memahami dan tidak memaksanya.
“Peran guru BP amat penting dalam membantu mengarahkan siswa dalam memilih jurusan dan karir yang tepat,” jelasnya.
Sekolah
Setiap siswa SMA memiliki potensi unik dalam dirinya, dan ini perlu dipahami oleh sekolah dan para pendidiknya.
Tes psikologis dapat membantu mengukur minat, bakat, dan kecerdasan siswa, sehingga sekolah dapat memberikan arahan yang tepat dalam memilih jurusan kuliah. Sekolah juga harus memperhatikan perkembangan siswa dalam aspek akademik, psikologis, dan sosialnya.
“Kesalahan pemilihan jurusan karena tak sesuai minat atau tak sesuai kemampuan dampaknya cukup serius,” tegas Didi.
Menurutnya, kesalahan dalam memilih jurusan kuliah dapat berakibat serius pada prestasi mahasiswa. Tidak hanya mengakibatkan prestasi yang rendah atau memindahkan jurusan yang sulit, tetapi juga dapat mempengaruhi peluang untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan.
Hal ini terjadi karena kompetensi yang kurang atau pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan minat mahasiswa. Oleh karena itu, sangat penting bagi calon mahasiswa untuk memahami minat, bakat, dan kemampuannya sebelum memilih jurusan.