GENDIS.ID – Terkait penyebaran Nyamuk Wolbachia, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengadakan On The Job Training Strategi dan Manajemen Implementasi Wolbachia di Kecamatan Ujungberung.
Kota Bandung akan menggunakan inovasi bakteri Wolbachia dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypti. Upaya ini akan diujicobakan di Kecamatan Ujungberung.
TERKAIT:
Horee Inovasi Penyebaran Nyamuk Wolbachia Berhasil Turunkan Penyebaran Demam Berdarah Dengue
Siti Fadilah Menolak Penyebaran Nyamuk Wolbachia dan Menuntut Penghentian Eksperimen pada Warga
Kota Bandung termasuk daerah endemis DBD dengan kasus yang cukup tinggi. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan menetapkan Bandung sebagai salah satu dari 5 kota percontohan implementasi teknologi Wolbachia untuk mengatasi DBD.
Teknologi ini melibatkan penyuntikan bakteri Wolbachia ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti, sehingga ketika menetas menjadi nyamuk dewasa, nyamuk tersebut dapat menghentikan penyebaran virus DBD.
Kecamatan Ujungberung dipilih sebagai lokasi uji coba karena termasuk dalam 10 kecamatan dengan kasus DBD terbanyak di Kota Bandung pada tahun 2022. Kepala UPT Puskesmas Ujungberung juga telah dilatih terkait inovasi Wolbachia di Yogyakarta.
Dinkes Kota Bandung melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Ira Dewi Jani, merencanakan implementasi pada bulan Oktober dengan menitipkan telur nyamuk Aedes aegypti yang telah disuntikkan Wolbachia ke dalam ember. Harapannya, nyamuk ini akan menggantikan populasi nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD.
“Telur-telur yang telah disuntikkan Wolbachia ini diproduksi di lab entomologi atau lab serangga. Kota Bandung memperolehnya dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Salatiga,” jelasnya.
Ira menjelaskan bahwa Wolbachia sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam tubuh lalat buah dan hewan kecil yang suka berada di buah-buahan.
VIRAL: Siap-Siap! Ini 4 Drakor Romantis Tayang Mulai 18 November 2023, Catet Jadwalnya
“Dalam skema ini, nyamuk Aedes aegypti masih ada untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Namun, mereka sekarang mengandung Wolbachia untuk menghentikan penyebaran virus DBD,” tambahnya.
Yogyakarta menjadi kota pertama yang menggunakan inovasi ini. Dari penelitian dan penerapan Wolbachia di sana, kasus DBD berhasil turun hingga 70 persen.
Meski begitu, Ira menegaskan bahwa implementasi Wolbachia tidak menggantikan upaya pencegahan DBD yang sudah ada. Langkah-langkah sebelumnya, seperti 3M (menguras, menutup, dan mengubur), fogging sesuai kebutuhan, dan Gerakan Satu Rumah Satu Juru Jumantik tetap dilakukan.
Kedepannya, sekitar 33.000 ember akan disebar di seluruh Kota Bandung. Namun, penyebarannya akan disesuaikan dengan peta wilayah dan jumlah rumah, tidak bisa dilakukan dengan jumlah yang sama di setiap kecamatan.
“Inovasi ini juga untuk mengurangi penggunaan bahan kimia yang tidak diperlukan. Lebih aman bagi lingkungan dan ekonomis. Dibanding fogging, ini lebih efisien secara finansial karena lebih hemat bensin dan obat fogging,” tambahnya.