GENDIS.ID – Mantan Menteri Kesehatan dengan tegas menolak penyebaran Nyamuk Wolbachia di Indonesia dan menyatakan bahwa hal ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat serta berpotensi menimbulkan penyakit baru yang membahayakan bagi rakyat Indonesia.
Dalam pernyataannya pada konferensi pers di Jakarta pada Minggu (12/11/2023), ia menegaskan bahwa penyebaran nyamuk ini seakan menggunakan masyarakat Indonesia sebagai subjek percobaan.
HEBOH: Horee Inovasi Penyebaran Nyamuk Wolbachia Berhasil Turunkan Penyebaran Demam Berdarah Dengue
BACA: Siap-Siap! Ini 4 Drakor Romantis Tayang Mulai 18 November 2023, Catet Jadwalnya
“Ini seperti mengorbankan rakyat kita untuk menjadi kelinci percobaan, hal ini tidak dapat diterima. Siapa yang akan bertanggung jawab atas risiko-risiko yang mungkin muncul,” ujarnya.
Dalam konferensi tersebut, hadir pula tokoh-tokoh penting seperti Komjen Pol. Dharma Pongrekun, Mirah Sumirat, SE (Presiden ASPEK Indonesia), dan Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto.
BACA: Harga Emas Antam Hari Ini Naik Jadi Rp 1.089.000 per Gram! Ini Biang Keroknya
Siti Fadilah secara tegas menyoroti peran Kementerian Kesehatan dalam penyebaran nyamuk Wolbachia. Dia menanyakan apakah ada izin dari segi keamanan dan pertahanan negara karena hal ini berhubungan langsung dengan kedaulatan Republik Indonesia. Ia menegaskan agar tidak sembarangan menyetujui percobaan yang langsung dilakukan pada rakyat Indonesia.
Sementara itu, gerakan “Sehat Untuk Rakyat Indonesia” juga menyatakan keprihatinan mendalam terkait program pemerintah yang melibatkan penyebaran telur nyamuk Aedes Aegypti yang terpapar bakteri Wolbachia dalam jumlah jutaan.
Gerakan tersebut menegaskan agar Pemerintah segera menghentikan rencana pelepasan 200 juta nyamuk Wolbachia di Pulau Bali pada 13 November 2023, serta di lima kota lainnya, yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang.
Program penyebaran nyamuk ini bekerja sama dengan World Mosquito Program (WMP) dan mengklaim akan mengurangi penyakit Demam Berdarah, walaupun Pemerintah telah berhasil mengendalikan Demam Berdarah selama 10 tahun terakhir.
Keprihatinan dan tuntutan tersebut disuarakan bersama oleh gerakan “Sehat Untuk Rakyat Indonesia”, yang didukung oleh SFS Foundation, Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia), Gladiator Bangsa, dan Puskor Hindunesia.
Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto, MT. menjelaskan bahwa program pelepasan ratusan juta nyamuk Wolbachia di Indonesia membawa risiko serius, termasuk risiko terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Menurutnya, belum ada studi menyeluruh mengenai dampak jangka panjang di Pulau Bali, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang, sehingga hal ini berisiko terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, termasuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Dr. Ir. Kun Wardana Abyoto, MT. juga menambahkan bahwa pelepasan jutaan nyamuk berpotensi merusak industri pariwisata dan ekonomi masyarakat setempat.
“Dalam hal terjadi kesalahan atau dampak yang tidak terduga, siapa yang akan bertanggung jawab?” tanyanya.
Gerakan ini menuntut adanya kajian mendalam dan evaluasi menyeluruh sebelum pelepasan nyamuk dilakukan.
“Mari lakukan investigasi risiko teknologi IP melalui Wolbachia. Publik harus diberi informasi dan memiliki hak untuk menyatakan persetujuan. Kami mendesak tindakan segera untuk melindungi Bali, Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang,” tandasnya.