Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 21 April 2025.
Kalender Liturgi hari Senin 21 April 2025 merupakan HARI SENIN DALAM OKTAF PASKAH, Santo Anselmus, Uskup dan Pujangga Gereja, Santo Simon bar Sabbae, Uskup dan Martir, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 21 April 2025:
Bacaan Pertama Kisah Para Rasul 2:14.22-32
“Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.”
Pada hari Pentakosta, bangkitlah Petrus berdiri bersama kesebelas rasul. Dengan suara nyaring ia berkata kepada orang banyak, “Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem,
ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan, mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.
Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh dengan tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan-Nya dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan. Karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram.
Sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.
Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburnya masih ada pada kita sampai hari ini.
Tetapi ia adalah seorang nabi, dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas tahtanya.
Karena itu Daud telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 16:1-2a.5.7.8.9-10.11
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
1. Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada Tuhan, “Engkaulah Tuhanku, Engkaulah bagian warisan dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.”
2. Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku, pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku. Aku senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
3. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai, dan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
4. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.
Bait Pengantar Injil Mzm 118:24
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Inilah hari yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita karenanya.
Bacaan Injil Matius 28:8-15
“Katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan disanalah mereka akan melihat Aku.”
Pada waktu itu, perempuan-perempuan pergi dari kubur, diliputi rasa takut dan sukacita yang besar. Mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukan kepada para murid bahwa Yesus telah bangkit.
Tiba-tiba Yesus menjumpai mereka dan berkata, “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya, memeluk kaki-Nya dan menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka, “Jangan takut! Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”
Ketika mereka masih di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga makam Yesus ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala.
Dan sesudah berunding dengan kaum tua-tua, mereka mengambil keputusan, lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata, “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid Yesus datang malam-malam dan mencuri jenazah-Nya ketika kamu sedang tidur.
Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.” Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 21 April 2025
Renungan Homili
Senin dalam Oktaf Paskah – Matius 28:8-15 & Kisah Para Rasul 2:14.22-32
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita dibawa dalam suasana yang penuh misteri namun sekaligus penuh pengharapan: suasana kebangkitan. Injil mengisahkan bagaimana perempuan-perempuan yang datang ke makam Yesus malah justru mengalami perjumpaan yang tak pernah mereka duga sebelumnya—perjumpaan dengan Yesus yang hidup!
Bayangkan, mereka datang membawa duka, kehilangan, rasa hancur. Tetapi di tengah kesedihan itu, justru sukacita besar diberikan kepada mereka. Bahkan, bukan hanya mereka bertemu Yesus, tetapi Yesus sendiri yang menyapa mereka lebih dulu, dengan sapaan yang sangat sederhana: “Salam bagimu.” Atau dalam bahasa sehari-hari kita: “Halo, damai bagimu.”
Lalu Yesus berkata: “Jangan takut.” Dua kata yang sederhana, tapi sangat kuat. Kata-kata ini seolah menjadi jawaban Tuhan untuk banyak kekhawatiran kita hari ini.
Saya ingin mengajak kita merenung:
Berapa banyak dari kita yang hidup dalam ketakutan hari-hari ini?
Takut gagal, takut kehilangan pekerjaan, takut akan masa depan anak-anak, takut akan kesehatan kita sendiri, atau bahkan takut untuk berharap.
Yesus tahu betul itu. Maka Ia berkata kepada para perempuan itu—dan juga kepada kita hari ini—“Jangan takut.”
Yesus tidak datang dengan mukjizat gemerlap atau parade kemenangan. Ia datang dengan ketenangan, kelembutan, dan kehadiran. Dia tidak memberi kita jawaban atas semua masalah, tetapi Ia memberi diri-Nya sendiri.
Dan di situlah kekuatan Paskah berada: bukan karena kita bebas dari penderitaan, tetapi karena Yesus sudah berjalan lebih dulu di dalamnya dan kini hidup bersama kita.
Saudara-saudari terkasih,
Dalam bacaan pertama, kita mendengar bagaimana Petrus dengan penuh semangat menyampaikan kabar kebangkitan itu. Dan yang menarik, ia berkata, “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.”
Saksi.
Kata itu sederhana, tetapi punya bobot yang sangat besar.
Menjadi saksi berarti kita pernah mengalami sendiri, melihat sendiri, merasakan sendiri. Dan ini penting: kita tidak bisa menjadi saksi dari sesuatu yang tidak kita alami sendiri.
Pertanyaannya untuk kita hari ini:
Apakah aku sungguh mengalami Yesus yang bangkit dalam hidupku?
Atau kebangkitan Yesus hanya sebatas cerita yang kita dengar saat Paskah?
Mungkin bentuk pengalaman itu bukan yang spektakuler. Bisa jadi itu terjadi dalam doa yang sunyi, dalam kekuatan untuk tetap berdiri meski sedang goyah, dalam kelegaan yang tiba-tiba saat kita sudah tidak tahu harus bagaimana, atau dalam perjumpaan dengan orang yang menjadi “tanda harapan” bagi kita.
Dan satu hal yang perlu kita sadari juga, saudara-saudari:
Setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus, para perempuan itu tidak disuruh untuk duduk diam atau menikmati momen itu sendiri. Justru Yesus menyuruh mereka untuk pergi dan menyampaikan kabar itu kepada saudara-saudara-Nya.
Artinya, pengalaman iman tidak berhenti pada diri kita.
Kalau kita sungguh mengalami Tuhan, kita akan terdorong untuk membagikannya—bukan dengan khotbah yang panjang, tapi lewat sikap, lewat harapan yang kita bawa, lewat cara kita menguatkan orang lain di tengah penderitaan mereka.
Namun, kita juga tidak boleh naif.
Kisah Injil tadi juga memperlihatkan bahwa bahkan saat kebenaran sedang terjadi—yakni kebangkitan Yesus—masih ada orang yang justru menutupinya dengan kebohongan, dengan kepentingan, bahkan dengan uang.
Kenyataannya, akan selalu ada dua jalan:
- Jalan terang: menerima kebenaran dan membagikannya.
- Jalan gelap: menutup kebenaran demi kenyamanan diri sendiri.
Dalam kehidupan kita, kita pun sering dihadapkan pada pilihan ini:
Mau jujur atau mencari aman?
Mau menjadi pembawa harapan atau ikut tenggelam dalam pesimisme?
Mau menghidupi iman atau hanya menyimpannya sebagai formalitas?
Saudara-saudari, Yesus yang bangkit tidak menuntut kita menjadi pahlawan iman. Ia hanya meminta satu hal: biarkan Dia masuk dalam hidup kita.
Dia tahu kita takut. Dia tahu kita kadang ragu. Tapi Dia tetap datang dan berkata:
“Salam bagimu… Jangan takut.”
Jadi marilah, kita buka hati. Kita izinkan Yesus berjalan bersama kita di Galilea hidup kita—yakni di tempat yang nyata, sehari-hari, tempat kita bekerja, berjuang, mengasihi, dan berharap.
Dan di sanalah, kita akan melihat Dia.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, hadir dan tinggallah dalam hatiku. Saat aku takut, kuatkanlah. Saat aku ragu, tuntunlah. Jadikan aku saksi kasih dan harapan-Mu, bukan hanya dalam kata, tapi dalam hidup sehari-hari. Aku percaya, Engkau hidup. Amin.