Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 15 April 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 15 April 2025 merupakan HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI, Beato Pedro Gonzalez, Pengaku Iman, Beato Damian de Veuster, Imam, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 15 April 2025:
Bacaan Pertama Yesaya 49:1-6
“Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.”
Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku.
Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing, dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.
Ia berfirman kepadaku, “Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.” Tetapi aku berkata, “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia! Namun, hakku terjamin pada Tuhan, dan upahku pada Allahku.”
Maka sekarang berfirmanlah Tuhan yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya; yang karenanya aku dipermuliakan di mata Tuhan,
dan Allahku menjadi kekuatanku; beginilah firman-Nya, “Terlalu sedikit bagimu untuk hanya menjadi hamba-Ku, hanya menegakkan suku-suku Yakub, dan mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara.
Maka Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 71:1-2.3-4a.5-6b.15.17
Ref. Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu, ya Tuhan.
1. Pada-Mu, ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-sekali aku mendapat malu. Lepaskan dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku!
2. Jadilah padaku gunung batu tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan diri; sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku, ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik!
3. Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, Engkaulah kepercayaanku sejak masa muda, ya Allah. Kepada-Mulah aku bertopang mulai dari kandungan, Engkaulah yang telah mengeluarkan aku dari perut ibuku!
4. Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu, dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari-Mu, sebab aku tidak dapat menghitungnya. Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.
Bait Pengantar Injil
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Salam, ya Raja kami yang setia kepada Bapa; Engkau dibawa untuk disalibkan, tidak membuka mulut seperti domba yang dibawa ke pembantaian.
Bacaan Injil Yohanes 13:21-33.36-38
“Salah seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku … Sebelum ayam jantan berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.”
Di dalam perjamuan Paskah dengan murid-murid-Nya Yesus sangat terharu, lalu bersaksi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain; mereka bertanya-tanya siapa yang dimaksudkan-Nya.
Seorang di antara murid-murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya. Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata, “Tanyakanlah siapa yang dimaksudkan-Nya!”
Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada Yesus, “Tuhan, siapakah itu?” Jawab Yesus, “Dia adalah orang, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.”
Sesudah berkata demikian, Yesus mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis.
Maka Yesus berkata kepadanya, “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” Tetapi tidak ada seorang pun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.
Karena Yudas memegang kas, ada yang menyangka bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi.
Pada waktu itu hari sudah malam. Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus, Sekarang Anak Manusia dipermuliakan, dan Allah dipermuliakan dalam Dia.
Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, tinggal sedikit waktu saja Aku bersama kamu.
Kamu akan mencari Aku, dan seperti telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi ‘Ke tempat Aku pergi tidak mungkin kamu datang’ demikian pula Aku mengatakannya sekarang kepada kamu.
Simon Petrus berkata kepada Yesus, “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus, “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang,, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.”
Kata Petrus kepada-Nya, “Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu.” Sahut Yesus, “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau akan menyangkal Aku tiga kali.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 15 April 2025
Renungan Homili – Rabu Pekan Suci
(Yesaya 49:1-6, Yohanes 13:21-33.36-38)
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita berada dalam suasana yang sangat dalam dan syahdu. Bacaan-bacaan hari ini membawa kita ke titik yang paling rapuh dan paling manusiawi dalam hidup kita: perasaan gagal, dikhianati, ditinggalkan, dan bahkan rasa tidak berguna.
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama seperti sedang membuka isi hatinya. Ia berkata, “Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia!” Saudara-saudari, siapa di antara kita yang belum pernah merasa begitu?
Ada masa dalam hidup ketika kita sudah berjuang sekuat tenaga, mencoba jadi baik, bekerja keras, mencintai sepenuh hati, melayani dengan tulus—tetapi yang kita temui justru kekecewaan, pengkhianatan, atau rasa tidak dihargai. Seperti Yesaya, kita bisa saja berpikir, “Apa semua ini ada gunanya?”
Tetapi perhatikan baik-baik, di tengah kerapuhan itu, Nabi Yesaya tetap berkata, “Namun, hakku terjamin pada Tuhan, dan upahku pada Allahku.” Di sinilah letak iman yang sejati. Iman bukan soal semua berjalan baik, tapi tentang tetap percaya meskipun terasa gelap.
Dan Injil hari ini pun menghadirkan kegelapan itu: pengkhianatan dan penyangkalan. Yesus, yang sudah mengasihi para murid-Nya sampai habis-habisan, tahu bahwa dua orang terdekat-Nya, Yudas dan Petrus, akan jatuh. Yudas mengkhianati-Nya. Petrus menyangkal-Nya. Dan Yesus tahu itu, tapi Ia tetap mengasihi mereka.
Ini pesan yang kuat sekali untuk kita semua:
➡️ Tuhan tahu kegagalan dan kelemahan kita, bahkan sebelum kita jatuh. Tapi Dia tidak berhenti mengasihi kita.
Saudara-saudari, banyak orang merasa bahwa ketika mereka jatuh, gagal, atau berdosa, mereka harus menjauh dari Tuhan. Padahal justru itulah saatnya kita harus bersandar pada kasih-Nya. Seperti murid yang dikasihi, bersandar di dada Yesus. Diam. Dekat. Tidak banyak bicara. Tapi ada. Dan tetap tinggal bersama-Nya.
Petrus menyangkal Yesus tiga kali, tetapi ia menangis dan akhirnya kembali. Yudas, sayangnya, memilih untuk pergi dan tidak kembali.
Maka hari ini, pertanyaannya bukan: “Apakah kita akan jatuh?” Karena semua kita pasti pernah jatuh.
Pertanyaannya adalah: “Apakah aku mau kembali? Apakah aku percaya bahwa Tuhan masih menyimpan harapan atas hidupku?”
Tuhan tidak menilai hidup kita dari berapa kali kita jatuh, tapi dari berapa kali kita kembali, bertobat, dan melangkah lagi bersama Dia.
Dan akhirnya, seperti Yesaya, Tuhan berkata juga kepada kita:
“Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa.”
Saudara-saudari, kita ini terang—bukan karena sempurna, tapi karena kita bersinar dari pengalaman jatuh, bangkit, dan tetap setia berjalan bersama Tuhan.
Jangan takut gagal. Jangan takut kecewa. Jangan takut gelap.
Karena malam yang paling gelap hanya terjadi sesaat sebelum fajar tiba.
Mari kita jalani pekan suci ini dengan hati yang jujur, yang mengakui kelemahan, tapi tetap percaya:
Tuhan tidak pernah menyerah atas kita.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan, dalam jatuh dan lelahku, jangan biarkan aku menjauh dari-Mu. Ajari aku percaya saat gelap, setia saat rapuh, dan kembali saat gagal. Jadikan hatiku terang-Mu, meski kecil, agar kasih-Mu tetap menyala dalam hidupku. Amin.