Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Jumat 11 April 2025.
Kalender Liturgi hari Jumat 11 April 2025 merupakan Hari Jumat Pekan V Prapaskah, Peringatan fakultatif Santo Stanislaus dari Krakow, Uskup dan Martir, Santo George Gersave OSB, Martir, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Jumat 11 April 2025:
Bacaan Pertama Yeremia 20:10-13
“Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah.”
Aku telah mendengar bisikan banyak orang, “Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Mari kita mengadukan dia!” Semua sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh. Kata mereka, “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!”
Tetapi Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku tersandung jatuh, dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil; suatu noda yang selama-lamanya tidak akan terlupakan!
Ya Tuhan semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.
Menyanyilah untuk Tuhan, pujilah Dia! Sebab Ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 18:2-3a.3b-4.5-6.7
Ref. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, dan Ia mendengar suaraku.
1. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku! Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun selamat daripada musuhku.
3. Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku; tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku.
4. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan. Kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.
Bait Pengantar Injil Yohanes 6:64b,69b
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.
Bacaan Injil Yohanes 10:31-42
“Orang-orang Yahudi mencoba menangkap Yesus, tetapi Ia luput dari tangan mereka.”
Sekali peristiwa orang-orang Yahudi mau melempari Yesus dengan batu. Tetapi kata Yesus kepada mereka, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku Kuperlihatkan kepadamu; manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku dengan batu?”
Jawab orang-orang Yahudi itu, “Bukan karena suatu perbuatan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah, dan karena Engkau menyamakan diri-Mu dengan Allah, meskipun Engkau hanya seorang manusia.” Kata Yesus kepada mereka, “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Tauratmu, ‘Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah?”
Padahal Kitab Suci tidak dapat dibatalkan! Maka, jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia ‘Engkau menghujat Allah!” karena Aku telah berkata: Aku anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah kamu percaya kepada-Ku.
Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa ada dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”
Sekali lagi mereka mencoba menangkap Yesus, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes dulu membaptis orang, lalu Ia tinggal di situ.
Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata, “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Jumat 11 April 2025
Renungan Homili – Jumat, Pekan Kelima Masa Prapaskah
(Yeremia 20:10-13; Yohanes 10:31-42)
“Ketika Aku Dalam Kesesakan”
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Pernahkah Anda merasa disalahpahami? Dicurigai? Atau bahkan ditolak hanya karena Anda jujur pada iman Anda? Atau karena Anda memilih untuk tetap setia melakukan yang benar, walau tidak populer?
Nabi Yeremia dalam bacaan pertama hari ini sangat tahu rasanya. Ia dikejar, dituduh, dan bahkan dijebak oleh orang-orang yang seharusnya dekat dengannya. “Semua sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh,” katanya. Dan apa reaksi Yeremia? Ia tidak membalas. Ia tidak panik. Tapi ia berkata dengan penuh iman:
“Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah.”
Sebuah keyakinan yang luar biasa. Yeremia tidak berkata itu karena hidupnya lancar. Ia berkata itu justru ketika hidupnya terasa menyesakkan. Tapi ia percaya bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Ia percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan orang yang berpegang teguh pada kebenaran jatuh sia-sia.
Lalu kita lihat Yesus dalam Injil. Ia pun disalahpahami. Dituduh menghujat Allah. Mau dilempari batu. Bukan karena Ia berbuat jahat. Tapi justru karena Ia menunjukkan kebenaran. Karena Ia mengatakan siapa diri-Nya yang sebenarnya: Anak Allah.
Yesus tidak membalas dengan kekerasan. Tapi Ia mengajak orang-orang untuk merenung: “Kalau kamu tidak percaya kepada-Ku, percayalah kepada pekerjaan-pekerjaan-Ku.” Dengan kata lain: Lihatlah buahnya. Lihatlah kasih-Nya. Lihatlah bagaimana Ia menyembuhkan, mengampuni, menghidupkan.
Dan itulah undangan bagi kita hari ini.
1. Tetap Setia Walau Tidak Dipahami
Mungkin dalam keluarga kita, kita sedang berjuang untuk menjaga nilai iman, kejujuran, atau kesetiaan. Tapi justru itu yang membuat kita terlihat “aneh” atau bahkan ditolak. Jangan takut. Kita tidak sendiri. Yeremia pun begitu. Yesus pun begitu. Kebenaran sering kali tidak langsung diterima. Tapi jangan biarkan itu memadamkan terang yang Tuhan sudah nyalakan dalam hati kita.
2. Percayakan Diri pada Tuhan, Sang Pahlawan
Dalam Mazmur tadi, kita berseru:
“Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, dan Ia mendengar suaraku.”
Kita ini tidak sendiri. Saat orang lain tidak memahami kita, saat dunia terasa sepi dan berat, Tuhan tidak pernah jauh. Ia mendengar, bahkan ketika hanya air mata yang bisa kita ucapkan. Maka terus berseru kepada-Nya. Menangis pun tidak apa-apa. Tuhan dekat dengan hati yang remuk.
3. Biarkan Perbuatan Kita Bicara
Yesus mengajarkan satu hal penting: bahkan ketika orang tidak percaya perkataan-Nya, Ia mengajak mereka melihat perbuatannya. Dalam dunia yang penuh hoaks dan kepalsuan, mungkin orang tidak akan langsung percaya kata-kata kita. Tapi mereka akan melihat buah hidup kita.
Apakah kita jadi pribadi yang membawa damai, pengampunan, dan sukacita? Apakah kehadiran kita mencerminkan Tuhan yang penuh kasih? Itu yang akan berbicara lebih dari seribu khotbah.
Saudara-saudari terkasih,
Kebenaran memang tidak selalu mudah. Tapi ia akan selalu menang. Tidak cepat, tapi pasti. Dan selama kita berjalan dalam kebenaran itu, kita tidak pernah sendirian. Tuhan beserta kita. Seperti pahlawan yang gagah. Dan Ia akan memberi kita kekuatan, bukan hanya untuk bertahan, tapi untuk tetap menjadi terang.
Maka hari ini, mari kita berdoa seperti Yeremia:
“Kepada-Mu kuserahkan perkaraku, ya Tuhan.”
Amin.
Doa Penutup
Tuhan, dalam kesesakan dan ketidakpastian, ajar aku tetap setia dan percaya pada-Mu. Jadikan hidupku saksi kasih-Mu lewat perbuatan, bukan hanya kata. Kuatkan aku untuk tidak takut berbuat benar, sebab Engkau selalu besertaku. Amin.