Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 29 Maret 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 29 Maret 2025 merupakan Hari Sabtu Biasa Pekan III Prapaskah, Santo Bertold, Rahib, Santo Yonah dan Berijesu, Martir, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 29 Maret 2025:
Bacaan Pertama Hosea 6:1-6
“Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan.”
Umat Allah berkata, “Mari, kita akan berbalik kepada Tuhan, sebab Dialah yang telah menerkam tetapi lalu menyembuhkan kita, yang telah memukul dan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya.
Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan. Ia pasti muncul seperti fajar. Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.”
Dan Tuhan berfirman, “Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Efraim? Apakah yang akan Kulakukan kepadamu, hai Yehuda? Kasih setiamu seperti kabut pagi, dan seperti embun yang hilang pagi-pagi benar.
Sebab itu Aku telah meremukkan mereka dengan perantaraan nabi-nabi. Aku telah membunuh mereka dengan perkataan mulut-Ku, dan hukum-Ku keluar seperti terang. Sebab Aku menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada kurban-kurban bakaran.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 51:3-4.18-19.20-21b
Ref. Kasihanilah, ya Tuhan, Kaulah pengampun yang rahim, dan belas kasih-Mu tak terhingga.
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!
Sebab Engkau tidak berkenan akan kurban sembelihan; dan kalau pun kupersembahkan kurban bakaran, Engkau tidak menyukainya. Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Lakukanlah kerelaan hati-Mu kepada Sion, bangunlah kembali tembok-tembok Yerusalem! Maka akan dipersembahkan kurban sejati yang berkenan kepada-Mu kurban bakar dan kurban-kurban yang utuh.
Bait Pengantar Injil Mzm 95:8ab
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara Tuhan, janganlah bertegar hati.
Bacaan Injil Lukas 18:9-14
“Pemungut cukai ini pulang ke rumahnya, sebagai orang yang dibenarkan Allah.”
Sekali peristiwa, Yesus menyatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain. Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang satu adalah orang Farisi dan yang lain pemungut cukai.
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain; aku bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.
Aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 29 Maret 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Bacaan hari ini dari Nabi Hosea mengajak kita untuk kembali kepada Tuhan dengan hati yang penuh kasih setia, bukan sekadar dengan ritual atau persembahan lahiriah. Tuhan tidak menghendaki kurban sembelihan semata, tetapi Ia menginginkan hati yang sungguh mengenal dan mengasihi-Nya. Demikian pula dalam Injil, Yesus memberikan perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai dalam doa mereka di Bait Allah.
Siapa di antara keduanya yang lebih berkenan di hadapan Allah? Secara lahiriah, orang Farisi tampak lebih baik—ia menjalankan hukum Taurat dengan sempurna, berpuasa, dan memberikan persembahan. Namun, hatinya penuh dengan kesombongan. Sebaliknya, pemungut cukai, yang dianggap pendosa, datang kepada Tuhan dengan hati yang remuk redam, memohon belas kasih-Nya. Dan justru dialah yang dibenarkan oleh Tuhan.
1. Kesombongan Rohani: Perangkap yang Halus Sering kali kita tidak menyadari bahwa kita seperti orang Farisi. Mungkin kita rajin ke gereja, berdoa, berbuat baik, tetapi di dalam hati kita mulai merasa lebih suci dibandingkan orang lain. Kita menghakimi mereka yang kita anggap kurang beriman, kurang taat, atau hidup dalam dosa. Namun, Tuhan melihat bukan hanya perbuatan lahiriah, melainkan juga isi hati kita. Kesombongan rohani adalah dosa yang berbahaya karena sering kali tidak disadari.
2. Hati yang Hancur adalah Persembahan yang Berkenan Sebaliknya, pemungut cukai menyadari kelemahannya. Ia tidak membela diri, tidak mencari pembenaran, tetapi dengan rendah hati datang ke hadapan Tuhan dan memohon belas kasih-Nya. Inilah sikap yang dikehendaki Tuhan: hati yang tulus, yang tahu bahwa tanpa Tuhan, kita bukan siapa-siapa. Sebagaimana Mazmur hari ini berkata, “Persembahan kepada-Mu ialah jiwa yang hancur; hati yang remuk redam tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.”
3. Kasih Setia Lebih Dari Segalanya Nabi Hosea mengingatkan kita bahwa Tuhan menginginkan kasih setia lebih dari sekadar ritual keagamaan. Iman kita bukan hanya soal ke gereja setiap minggu, tetapi bagaimana kita mencintai Tuhan dalam keseharian—dalam cara kita memperlakukan orang lain, dalam kesediaan kita mengampuni, dalam kemurahan hati kita terhadap sesama.
Saudara-saudari terkasih, Hari ini kita diajak untuk merenungkan bagaimana kita datang kepada Tuhan. Apakah kita seperti orang Farisi yang merasa sudah cukup baik, atau seperti pemungut cukai yang dengan rendah hati mengandalkan belas kasih Tuhan? Mari kita belajar untuk selalu rendah hati, mengakui kelemahan kita, dan hidup dalam kasih setia kepada Tuhan. Sebab, “Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.”
Tuhan memberkati. Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang Maha Kasih, ajarilah aku untuk rendah hati, mengakui kelemahanku, dan mengandalkan belas kasih-Mu. Jauhkanlah kesombongan dari hatiku, agar aku mencintai-Mu dengan tulus dan mengasihi sesama dengan setia. Jadikanlah hidupku persembahan yang berkenan bagi-Mu. Amin. 🙏