Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 22 Maret 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 22 Maret 2025 merupakan merupakan Hari Sabtu Biasa Pekan II Prapaskah, Santo Zakarias, Paus, Santa Lea, Janda dan Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 22 Maret 2025:
Bacaan Pertama – Mikha 7:14-15.18-20
“Semoga Tuhan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.”
Nabi berkata, “Ya Tuhan, dengan tongkat-Mu gembalakanlah umat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri. Mereka terpencil, mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka merumput di Basyan dan Gilead seperti pada zaman dahulu kala.
Perlihatkanlah kepada kami tindakan-tindakan ajaib seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir. Adakah Allah lain seperti Engkau, yang mengampuni dosa-dosa dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan oleh sisa-sisa milik-Nya sendiri, yang tidak murka untuk selama-lamanya, melainkan berkenan pada kasih setia?
Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham sebagaimana telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala!”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 103:1-2.3-4.9-10.11-12
Ref. Pujilah, puji Allah, Tuhan yang maharahim.
- Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah Tuhan, hai jiwaku, janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!
- Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu, dan menyembuhkan segala penyakitmu! Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur, dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!
- Tidak terus-menerus Ia murka, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita, atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.
- Setinggi langit dari bumi, demikianlah besarnya kasih setia Tuhan atas orang-orang yang takwa kepada-Nya! Sejauh timur dari barat, demikianlah pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Bait Pengantar Injil Lukas 15:18
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya, “Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa”.
Bacaan Injil – Lukas 15:1-3.11-32
“Saudaramu telah mati dan kini hidup kembali.”
Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasa datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya, “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”
Maka Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada mereka. “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya, ‘Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku.’
Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu, lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
Setelah dihabiskan harta miliknya, timbullah bencana kelaparan di negeri itu, dan ia pun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babi.
Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: ‘Betapa banyak orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa; aku tidak layak lagi disebut anak Bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan Bapa.’
Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihat dia, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayah itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi disebut anak Bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya, “Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, dan pakaikanlah kepadanya; kenakanlah cincin pada jarinya, dan sepatu pada kakinya.
Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.’
Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi anaknya yang sulung sedang berada di ladang. Ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruing dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semua itu. Jawab hamba itu, ‘Adikmu telah kembali, dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatkan kembali anak itu dengan selamat’.
Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya, ‘Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor anak kambing pun untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
Tetapi baru saja datang anak Bapa yang telah memboroskan harta kekayaan Bapa bersama dengan pelacur-pelacur, maka Bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.’
Kata ayahnya kepadanya, ‘Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali’.”ap Bapa”.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 22 Maret 2025
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Bacaan hari ini mengajak kita merenungkan tentang kasih dan kerahiman Allah yang begitu besar bagi kita, manusia yang lemah dan penuh dosa. Nabi Mikha dalam bacaan pertama berbicara tentang Allah yang mengampuni dosa-dosa kita dan melemparkannya ke tubir laut, jauh di kedalaman yang tak terjangkau. Sementara dalam Injil, Yesus memberikan perumpamaan tentang anak yang hilang dan kembali kepada bapanya. Kedua bacaan ini menggambarkan satu hal yang sama: betapa besarnya kasih Tuhan yang tidak terbatas oleh kesalahan dan dosa kita.
Kita semua, pada titik tertentu dalam hidup kita, pernah menjadi seperti si anak bungsu dalam perumpamaan tadi. Mungkin kita pernah salah langkah, meninggalkan jalan Tuhan, lebih memilih kesenangan duniawi, dan akhirnya mendapati diri kita terjebak dalam keadaan yang sulit dan menyakitkan. Kita merasa jauh dari Tuhan, merasa tidak layak lagi untuk datang kepada-Nya. Tetapi Injil hari ini memberi kita pengharapan: Bapa di surga selalu menunggu kita kembali.
Lihatlah bagaimana sang ayah dalam perumpamaan itu! Ketika anaknya masih jauh, ia sudah melihatnya dan segera berlari menyambutnya. Ini menunjukkan bahwa kasih Bapa tidak menunggu kita sempurna dulu, tetapi justru mencari kita dalam keadaan kita yang paling lemah sekalipun. Ia tidak mengungkit-ungkit kesalahan, tidak menuntut penjelasan, tetapi langsung memberikan pelukan kasih. Bukankah ini luar biasa?
Namun, sering kali kita juga bisa menjadi seperti anak sulung yang marah dan tidak bisa menerima kebesaran kasih Allah. Mungkin kita merasa telah berbuat baik, setia kepada Tuhan, tetapi kita melihat orang lain yang dulunya jauh dari Tuhan tiba-tiba menerima begitu banyak berkat dan pengampunan. Kita bertanya, “Mengapa Tuhan begitu baik kepada mereka yang baru saja bertobat?” Tetapi, saudara-saudariku, marilah kita belajar memahami bahwa kasih Allah bukanlah soal keadilan manusia, melainkan soal belas kasih yang melampaui segala perhitungan logika kita.
Renungan ini mengajak kita untuk bertanya pada diri sendiri: di mana posisi kita dalam cerita ini? Apakah kita seperti anak bungsu yang sedang berjuang untuk kembali kepada Tuhan? Atau kita seperti anak sulung yang sulit menerima bahwa kasih Allah itu tak terbatas? Apa pun jawaban kita, satu hal yang pasti: Tuhan selalu menanti kita dengan tangan terbuka. Dia mengampuni, Dia menerima, dan Dia merayakan kembalinya setiap anak yang bertobat.
Saudara-saudari terkasih, mari kita tidak menunda untuk kembali kepada Tuhan. Seperti anak bungsu yang berkata, “Aku akan bangkit dan pergi kepada Bapaku,” marilah kita juga bangkit dari dosa, dari keputusasaan, dari perasaan tidak layak. Percayalah, Tuhan tidak akan menolak kita. Justru Dia akan berlari menyambut kita dengan penuh sukacita. Semoga kita semua semakin percaya pada belas kasih Tuhan dan mau membagikannya kepada sesama. Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang penuh belas kasih, aku datang kepada-Mu dengan segala kelemahanku. Ampunilah dosaku, peluklah aku dalam kasih-Mu. Ajarku untuk selalu kembali kepada-Mu dan menerima sesama dengan hati yang lapang. Jadikan aku saksi cinta-Mu. Amin.