Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 27 Februari 2025.
Kalender Liturgi hari buat Kamis 27 Februari 2025 merupakan Hari Kamis Biasa VII, Santo Gabriel Possenti, Pengaku Iman, Santo Leander, Uskup, dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 27 Februari 2025:
Bacaan Pertama Sir. 5:1-8
Jangan mengandalkan kekayaanmu, dan jangan berkata: “Ini cukup bagiku.” Hati dan kekuatanmu jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu.
Jangan berkata: “Siapa berkuasa atas diriku?” Memang Tuhan akan menghukum engkau dengan keras. Jangan berkata: “Betul, aku sudah berdosa, tetapi apakah menimpa diriku? Sebab Tuhan panjang hati.”
Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa. Jangan berkata: “Memang belas kasihan-Nya besar, dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya.” Sebab baik belas kasihan rnaupun kemurkaan ada pada Tuhan, dan geram-Nya turun atas orang jahat.
Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan. Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 1:1-2,3,4,6
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Bacaan Injil: Mrk. 9:41-50
“Lebih baik bagimu dengan tangan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan keduabelah tangan masuk dalam api yang tak terpadamkan.”
Pada suatu hari berkatalah Yesus kepada murid-murid-Nya, “Barangsiapa memberi kalian minum air secangkir oleh karena kalian adalah pengikut Kristus, ia tak akan kehilangan ganjarannya. Barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.
Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik bagimu dengan terkudung masuk dalam kehidupan, daripada dengan utuh kedua belah tangan masuk dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan.
Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah karena lebih baik bagimu masuk ke dalam kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tak pernah padam.
Sebab setiap orang akan digarami dengan api. Garam itu memang baik! Tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kalian akan mengasinkannya? Hendaklah kalian selalu mempunyai garam dalam hidupmu dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Kamis 27 Februari 2025
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Bacaan hari ini mengajak kita untuk merenungkan dua hal penting dalam hidup kita: jangan menunda pertobatan dan jangan terikat oleh hal-hal duniawi.
Dalam bacaan pertama dari Kitab Putra Sirakh, kita diingatkan agar jangan terlalu mengandalkan kekayaan atau merasa bahwa segalanya sudah cukup bagi kita. Sering kali, kita tergoda untuk berpikir bahwa selama kita memiliki uang, kekuasaan, atau kenyamanan hidup, maka kita akan baik-baik saja. Tetapi, apakah itu benar? Apakah harta menjamin kebahagiaan? Tidak sedikit orang yang bergelimang harta tetapi hidupnya hampa dan hatinya kosong. Sebaliknya, ada banyak orang sederhana yang hidup dalam damai karena mereka memiliki Tuhan dalam hatinya.
Lebih jauh, bacaan pertama juga mengingatkan kita agar tidak menunda pertobatan. Kita sering berkata, “Ah, nanti saja berubah. Tuhan pasti mengampuni.” Tetapi, apakah kita yakin masih ada “nanti” untuk kita? Kita tidak tahu kapan hidup kita berakhir. Maka, jangan menunggu sampai esok untuk berbalik kepada Tuhan. Hari ini, saat ini, adalah waktu yang tepat untuk bertobat dan mendekat kepada-Nya.
Saudara-saudariku,
Dalam Injil, Yesus berbicara dengan tegas tentang menjaga hidup kita dari segala sesuatu yang menyesatkan. Kata-kata Yesus memang terdengar keras, “Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah… jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah…” Namun, tentu saja, Yesus tidak mengajarkan kita untuk benar-benar memotong anggota tubuh kita. Ia ingin kita menyadari bahwa hal-hal yang menyesatkan kita harus segera ditinggalkan. Jika pergaulan kita menjerumuskan kita ke dalam dosa, tinggalkanlah. Jika kebiasaan kita membawa kita semakin jauh dari Tuhan, berhentilah. Jika ada sesuatu yang membuat kita terus jatuh dalam kesalahan, singkirkan itu dari hidup kita.
Yesus juga mengingatkan kita untuk menjadi “garam” dalam hidup. Garam itu memberi rasa dan menjaga sesuatu tetap baik. Begitu juga kita, sebagai orang beriman, harus memberi rasa dalam kehidupan ini dengan kasih, kejujuran, dan kebaikan. Tetapi, jika kita kehilangan “rasa”, kehilangan iman, kehilangan kasih, lalu bagaimana kita bisa menjadi terang bagi dunia?
Saudara-saudariku,
Marilah kita merenungkan dengan jujur dalam diri kita:
- Adakah kita terlalu mengandalkan kekayaan dan melupakan Tuhan?
- Apakah kita masih menunda-nunda untuk bertobat?
- Adakah sesuatu dalam hidup kita yang menghambat kita untuk hidup benar?
- Sudahkah kita menjadi “garam” yang memberi rasa bagi orang lain?
Jangan menunggu esok untuk berubah, karena esok belum tentu ada. Jangan terjebak pada kenikmatan sesaat yang justru menjerumuskan kita. Tuhan mengasihi kita, tetapi juga ingin kita hidup dalam kebenaran.
Semoga firman Tuhan hari ini menyadarkan kita untuk semakin dekat dengan-Nya dan berani mengambil langkah nyata dalam hidup kita. Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang Mahakasih,
bimbing aku untuk tidak menunda pertobatan,
meninggalkan yang menyesatkan, dan hidup dalam kasih-Mu.
Jauhkan aku dari ketergantungan duniawi,
agar hati ini penuh damai dan hidupku menjadi garam bagi sesama.
Amin.