Monday, January 20, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini 21 Januari 2025 Lengkap Renungan Harian, Hari Selasa Biasa II, Hari ke-4 Pekan Doa Sedunia

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 21 Januari 2025.

Kalender Liturgi hari buat Selasa 21 Januari 2025 merupakan Hari Selasa Biasa II, Hari ke-4 Pekan Doa Sedunia, Peringatan Wajib Santa Agnes, Perawan dan Martir, Santo Fruktuosus, dkk: Augurius dan Eulogius, martir, dengan Warna Liturgi Merah.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 21 Januari 2025:

Bacaan Pertama Ibrani 6:10-20

“Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman.”

Saudara-saudara, Allah bukan tidak adil. Maka tidak mungkin Ia lupa akan pekerjaan dan kasih yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya lewat pelayananmu terhadap orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.

Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang lestari, sampai apa yang kamu harapkan akhirnya benar-benar kamu miliki. Kami ingin kalian jangan menjadi lamban, tetapi tetap bersemangat mengikuti jejak mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.

Ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi daripada-Nya. Dalam sumpah itu Ia berjanji, “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.”

Abraham menanti dengan sabar, dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. Kalau orang bersumpah, ia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan baginya sumpah itu menjadi suatu pengukuhan yang mengakhiri segala kesangsian.

Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang behak menerima janji, dan supaya mereka benar-benar percaya akan putusan-Nya Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah.

Kedua kenyataan ini, janji dan sumpah, tidak berubah-ubah, dan tentang ini Allah tidak mungkin berdusta! Jadi maksud Allah mengikat janji dengan sumpah ialah: Supaya kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat bahwa kita akan menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita.

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, sauh yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, yakni ketika Ia, menurut tata imamat Melkisedek, menjadi Imam Agung untuk selama-lamanya.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm. 111:1-2,4-5,9,10c

Ref. Tuhan selamanya ingat akan perjanjian-Nya.

Aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan di tengah jemaat. Besarlah perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.

Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan peringatan; Tuhan itu pengasih dan penyayang. Kepada orang takwa diberikan-Nya rezeki. Selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya.

Ia memberikan kebebasan kepada umat-Nya, Ia menetapkan perjanjian untuk selama-lamanya; kudus dan dahsyatlah nama-Nya! Dia akan disanjung sepanjang masa.

Bait Pengantar Injil Alleluya

Ref. Alleluya.

Bapa Tuhan kita Yesus Kristus akan menerangi mata budi kita, agar kita mengenal harapan panggilan kita.

Bacaan Injil Markus 2:23-28

“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.”

Pada suatu hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada Yesus, “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”

Jawab Yesus kepada mereka, “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan para pengiringnya kekurangan dan kelaparan?

Tidakkah ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Agung lalu makan roti sajian – yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam – dan memberikannya juga kepada pengikut-pengikutnya?”

Lalu kata Yesus kepada mereka, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Jadi Anak Manusia adalah Tuhan, juga atas hari Sabat.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Selasa 21 Januari 2025

Renungan Homili

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Pada hari ini kita diingatkan tentang dua hal yang sangat penting: kebebasan dan pengharapan. Dalam Injil, Yesus berbicara tentang Sabat—sesuatu yang dianggap sakral dan tak tersentuh oleh hukum. Namun, Yesus dengan tegas berkata, “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat.” Perkataan ini mengajak kita untuk merenungkan apa sebenarnya inti dari hukum dan aturan yang kita jalani, bukan hanya dalam agama, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Kita sering terjebak dalam rutinitas, aturan, atau standar yang dibuat oleh masyarakat, bahkan oleh diri kita sendiri. Kita bekerja keras, menjalani tanggung jawab kita, mencoba menjadi “sempurna” menurut ukuran dunia. Tetapi, pernahkah kita bertanya: Apakah ini sungguh mendatangkan hidup? Apakah ini benar-benar membahagiakan saya dan membawa saya semakin dekat dengan Tuhan?

Yesus memberi kita contoh melalui kisah Daud. Ketika lapar, Daud dan pengikutnya memakan roti sajian yang menurut hukum seharusnya hanya boleh dimakan oleh imam. Tetapi di sini Yesus ingin menegaskan bahwa belas kasih dan kebutuhan manusia lebih penting daripada sekadar kepatuhan buta terhadap hukum. Dengan kata lain, hukum Tuhan tidak dimaksudkan untuk membelenggu kita, tetapi untuk membawa kita kepada kehidupan yang lebih penuh, yang bermakna.

Saudara-saudari, kita seringkali menjadi seperti orang Farisi dalam cerita Injil hari ini. Kita melihat kesalahan orang lain berdasarkan aturan atau standar yang kita anggap benar. Tapi Yesus mengajak kita untuk melihat lebih dalam: Apa motivasi mereka? Apa yang mereka butuhkan? Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka?

Bacaan pertama dari surat Ibrani mengajarkan kita tentang pengharapan. Pengharapan digambarkan sebagai sauh yang kuat dan aman. Sauh adalah sesuatu yang membuat perahu tetap stabil di tengah gelombang yang besar. Dalam hidup, gelombang besar itu bisa berupa kesulitan ekonomi, hubungan yang retak, penyakit, atau rasa putus asa. Tetapi pengharapan kepada Tuhan adalah sauh yang membuat kita tetap bertahan, meskipun badai hidup terasa begitu berat.

Kita diingatkan tentang Abraham yang menanti dengan sabar hingga janji Allah digenapi. Pengharapan itu tidak pernah mengecewakan karena Allah tidak mungkin berdusta. Namun, saudara-saudari, pengharapan ini bukanlah sikap pasif, hanya duduk menunggu dan berharap segalanya berubah. Bacaan ini mengajak kita untuk tetap bekerja dengan penuh kasih dan semangat—melayani sesama, menunjukkan iman kita melalui tindakan nyata, dan terus memperjuangkan apa yang benar.

Lalu, bagaimana ini berlaku dalam kehidupan kita?
Mungkin hari ini ada di antara kita yang merasa lelah—lelah bekerja, lelah menghadapi masalah keluarga, atau lelah dengan hidup yang terasa begitu berat. Mungkin kita merasa seperti Daud, yang lapar dan membutuhkan sesuatu untuk bertahan. Pada saat seperti ini, Yesus ingin berkata kepada kita, “Aku adalah Tuhan atas Sabat. Aku adalah Tuhan yang melihat kebutuhanmu, bukan sekadar perbuatanmu. Datanglah kepada-Ku, dan Aku akan memberimu kekuatan.”

Pengharapan itu adalah janji Allah kepada kita, bahwa badai tidak akan berlangsung selamanya, dan setiap pekerjaan baik yang kita lakukan, sekecil apa pun, tidak akan pernah dilupakan oleh Tuhan. Maka, marilah kita memetik dua pelajaran hari ini:

  1. Jangan biarkan aturan, rutinitas, atau standar dunia membuat kita lupa untuk hidup dalam kasih dan kebaikan. Jangan takut untuk menolong atau mengambil keputusan yang benar, meskipun itu melawan “tradisi.”
  2. Pegang pengharapan kepada Tuhan seperti sauh yang kuat. Di tengah kesulitan hidup, jangan berhenti melayani dan mengasihi. Karena janji Allah selalu pasti.

Saudara-saudari terkasih, Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang tidak membelenggu, tetapi Tuhan yang membebaskan. Dia memberikan kita hukum untuk membimbing kita, tetapi kasih-Nya selalu lebih besar dari hukum.

Maka, mari kita belajar untuk hidup seperti Yesus—mencintai lebih dari sekadar mentaati, memberi lebih dari sekadar menerima, dan berharap lebih dari sekadar menunggu. Karena hidup kita ada dalam tangan Tuhan, Tuhan yang memegang janji-Nya dan selalu setia.

Amin.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajar aku mengutamakan kasih dalam setiap tindakanku, melebihi aturan dan rutinitas. Kuatkan aku dengan pengharapan kepada-Mu, agar aku tetap setia melayani dan mengasihi, meski badai hidup menghadang. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Bacaan Injil Katolik Hari Ini 22 Januari 2025 Lengkap Renungan Harian, Hari Rabu Biasa II, Hari ke-5 Pekan Doa Sedunia

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada...

More Articles Like This

Favorite Post