Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 5 Januari 2025.
Kalender Liturgi hari buat Minggu 5 Januari 2025 merupakan HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN, Hari Anak Misioner Sedunia, Santo Simeon Stylites Tua, Pertapa, Beato Yohanes Nepomuk Neumann, Uskup, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 5 Januari 2025:
Bacaan Pertama Yesaya 60:1-6
“Kemuliaan Tuhan terbit atasmu.”
Beginilah kata nabi kepada Yerusalem: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.
Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja menyongsong cahaya yang terbit bagimu.Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling! Mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong.
Melihat itu, engkau akan heran dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan berbesar hati sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu.
Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur Tuhan.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13
Ref. Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.
Ya Allah berikanlah hukum-Mu kepada Raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum.
Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari Sungai Efrat sampai ke ujung bumi.
Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan -persembahan. Kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti. Kiranya semua raja sujud menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-Nya!
Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, ia akan membebaskan orang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.
Bacaan Kedua Efesus 3:2-3a,5-6
“Rahasia Kristus kini telah diwahyukan dan para bangsa menjadi pewaris perjanjian.”
Saudara-saudara, kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah yang telah dipercayakan kepadaku demi kamu, yakni bagaimana rahasianya telah dinyatakan kepadaku melalui wahyu.
Pada zaman angkatan-angkatan dahulu rahasia itu tidak diberitakan kepada umat manusia, tetapi sekarang dinyatakan dalam Roh kepada para rasul dan nabi-Nya yang kudus.
Berkat pewartaan Injil, orang-orang bukan Yahudi pun turut menjadi ahli waris, menjadi anggota-anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil Matius 2:2,2/4
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Kami telah melihat bintang Tuhan, terbit di ufuk timur, dan kami datang menyembah.
Bacaan Injil Matius 2:1-12
“Kami datang dari timur untuk menyembah Sang Raja.”
Pada zaman pemerintahan raja Herodes, sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea, datanglah orang-orang majus dari timur ke Yerusalem. Mereka bertanya-tanya, “Dimanakah Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di ufuk timur dan kami datang untuk menyembah Dia.”
Mendengar hal itu, terkejutlah Raja Herodes beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya kete-rangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
Mereka berkata kepadanya, “Di Betlehem di tanah Yudea, karena beginilah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau, Betlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”
Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu, dan dengan teliti bertanya kepada mereka kapan bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya, “Pergilah, dan selidikilah dengan saksama hal-ikhwal Anak itu!
Dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku, supaya aku pun datang menyembah Dia.” Setelah mendengar kata-kata Raja Herodes, berangkatlah para majus itu.
Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu, dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya. Lalu mereka sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya, dan mempersembahkan persembahan kepada Anak itu, yaitu emas, kemenyan dan mur.
Kemudian, karena diperingatkan dalam mimpi supaya jangan kembali kepada Herodes, mereka pun pulang ke negerinya lewat jalan lain.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Minggu 5 Januari 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita diajak untuk masuk ke dalam kisah luar biasa tentang perjalanan para majus. Kisah ini bukan hanya sebuah cerita tentang perjalanan fisik, tetapi perjalanan batin yang bisa kita hubungkan dengan kehidupan kita masing-masing.
Bayangkan para majus itu. Mereka adalah orang-orang bijak, pemikir dari Timur, yang meninggalkan segala kenyamanan mereka demi mengikuti sebuah bintang. Tidak ada jaminan bahwa perjalanan itu akan mudah, dan mereka pun tidak tahu pasti apa yang akan mereka temui. Namun, ada sesuatu yang menggerakkan mereka—sebuah keyakinan, sebuah harapan, sebuah kerinduan untuk menemukan Sang Raja yang telah lahir.
Bukankah kita juga sering merasa seperti itu dalam hidup? Ada sesuatu di dalam hati kita yang rindu akan makna, sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri. Mungkin kita tidak menyebutnya dengan kata-kata, tetapi kita tahu ada kekosongan yang ingin kita isi. Para majus mengajarkan kita bahwa kerinduan ini hanya bisa dipenuhi jika kita berani melangkah, berani mencari terang di tengah gelapnya hidup.
Namun, perjalanan itu tidak selalu mudah. Di tengah jalan, para majus berjumpa dengan Raja Herodes. Ia berpura-pura tertarik dengan terang itu, tetapi sebenarnya ia takut. Herodes takut akan kehilangan kekuasaannya, takut bahwa terang itu akan mengganggu zona nyamannya.
Herodes ini sering kali adalah diri kita sendiri. Ada saat-saat dalam hidup kita di mana kita takut untuk membiarkan Tuhan masuk sepenuhnya. Kita takut bahwa kasih Tuhan akan menuntut kita untuk berubah, meninggalkan kebiasaan lama, atau melangkah keluar dari zona nyaman. Namun, saudara-saudari, jika kita terus berpegang pada ketakutan itu, kita akan kehilangan kesempatan untuk mengalami sukacita sejati.
Ketika para majus akhirnya menemukan Yesus, mereka tidak menemukan seorang raja yang mewah atau megah seperti yang mungkin mereka bayangkan. Yang mereka temui adalah seorang bayi kecil, sederhana, bersama ibu-Nya di tempat yang sederhana pula. Namun, di situlah mereka sujud menyembah. Mengapa? Karena mereka melihat sesuatu yang lebih besar dari apa yang tampak di mata. Mereka melihat terang sejati, harapan sejati, kasih yang tulus.
Saudara-saudari, dalam hidup kita, Yesus sering kali hadir dalam kesederhanaan. Ia hadir dalam senyum seorang anak, dalam kebaikan seorang teman, atau dalam keheningan doa kita. Pertanyaannya adalah, apakah kita cukup peka untuk mengenali kehadiran-Nya? Apakah kita bersedia menyembah Dia dalam kesederhanaan itu?
Setelah menyembah Yesus, para majus tidak kembali lewat jalan yang sama. Mereka pulang lewat jalan lain. Ini adalah simbol dari transformasi. Ketika kita sungguh bertemu dengan Yesus, kita tidak akan lagi menjadi orang yang sama. Ada sesuatu dalam diri kita yang berubah, yang membuat kita berjalan dalam arah yang baru—arah yang lebih penuh kasih, lebih penuh pengampunan, lebih penuh harapan.
Hari ini, kita diajak untuk menjadi seperti para majus. Kita diajak untuk mencari terang Tuhan dengan sepenuh hati, untuk tidak takut meninggalkan zona nyaman kita, dan untuk mempersembahkan yang terbaik dari diri kita kepada Tuhan. Kita tidak perlu membawa emas, kemenyan, atau mur. Yang Tuhan inginkan adalah hati kita—hati yang tulus, hati yang terbuka, hati yang siap diubahkan oleh kasih-Nya.
Mari kita berjalan bersama para majus. Mari kita mencari terang itu, menemukan-Nya, dan membiarkan hidup kita dipenuhi oleh kasih dan damai sejati yang hanya bisa diberikan oleh Tuhan.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang Mahakasih, tuntunlah aku untuk selalu mencari terang-Mu di tengah gelapnya hidupku. Berikanlah keberanian untuk melangkah, hati yang tulus untuk menyembah-Mu, dan kesediaan untuk diubahkan oleh kasih-Mu. Jadikan hidupku pantulan damai dan harapan-Mu. Amin.