Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 16 September 2024.
Kalender Liturgi hari Senin 16 September 2024 merupakan Hari Senin Biasa XXIV, Perayaan Wajib Santo Nikomedes, Martir, Santo Kornelius, Paus dan Martir, Beato Viktor III, Paus, Santa Eufemia, Perawan dan Martir, dengan Warna Liturgi Merah.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 16 September 2024:
Bacaan Pertama 1 Korintus 11:17-26
Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Saudara-saudara, dalam peraturan-peraturan yang berikut aku tidak dapat memuji kamu, sebab pertemuan-pertemuanmu tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan.
Sebab pertama-tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai Jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan hal itu sedikit banyak aku percaya. Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji.
Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk.
Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji.
Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”
Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,17
Ref. Wartakanlah wafat Tuhan, sampai Ia datang.
Kurban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau telah membuka telingaku; kurban bakar dan kurban silih tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata, ‘Lihatlah Tuhan, aku datang.’
Dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku: “Aku senang melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada di dalam dadaku.”
Aku mengabarkan keadilan di tengah jemaat yang besar, bibirku tidak kutahan terkatup; Engkau tahu itu, ya Tuhan.
Biarlah bergembira dan bersukacita semua orang yang mencari Engkau: Biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada-Mu tetap berkata, “Tuhan itu besar!”
Bait Pengantar Injil Yohanes 3:16
Ref. Alleluya, alleluya.
Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Bacaan Injil Lukas 7:1-10
Di Israel pun iman sebesar itu belum pernah Kujumpai.
Pada suatu ketika, setelah mengakhiri pengajaran-Nya kepada orang banyak, masuklah Yesus ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya.
Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.
Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: “Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.”
Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu.
Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.”
Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 16 September 2024
Renungan hari ini mengajak kita merenungkan tentang iman dan persekutuan. Dalam Injil Lukas 7:1-10, kita diperlihatkan bagaimana seorang perwira Romawi, yang bukan orang Yahudi, menunjukkan iman yang luar biasa kepada Yesus. Dia percaya bahwa hanya dengan sepatah kata dari Yesus, hambanya yang sakit akan sembuh. Yang menarik, perwira ini bahkan merasa tidak layak untuk menyambut Yesus ke dalam rumahnya. Ia merendahkan diri di hadapan Tuhan dan menunjukkan kepercayaan penuh pada kuasa firman Yesus. Iman yang tulus, rendah hati, dan penuh kepercayaan ini membuat Yesus terheran-heran, bahkan di antara bangsa Israel sendiri, Yesus tidak pernah menjumpai iman sebesar itu.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa iman sejati tidak bergantung pada seberapa dekat kita dengan Tuhan secara fisik atau tradisi, tetapi seberapa dalam kepercayaan kita kepada-Nya. Kita diajak untuk meneladani perwira ini, yang walaupun bukan orang Yahudi, menunjukkan iman yang teguh dan penuh kerendahan hati. Di zaman sekarang, iman kita seringkali diuji oleh berbagai tantangan, namun kita dipanggil untuk percaya bahwa kuasa dan kasih Tuhan tidak terbatas, bahkan bisa bekerja di luar nalar manusia.
Di Bacaan Pertama dari 1 Korintus 11:17-26, Paulus menegur jemaat Korintus karena perpecahan yang terjadi saat mereka berkumpul untuk merayakan Perjamuan Tuhan. Paulus menekankan pentingnya kesatuan dalam iman dan persekutuan sebagai tubuh Kristus. Dia menyingkapkan bahwa perjamuan kudus bukan hanya sekadar makan dan minum, tetapi adalah pengingat akan pengorbanan Kristus bagi kita semua. Setiap kali kita mengambil bagian dalam roti dan anggur, kita mengingat kematian-Nya dan mengumumkan kasih-Nya sampai Ia datang kembali.
Makna penting dari kedua bacaan ini adalah bahwa iman dan persekutuan harus berjalan bersama. Iman yang kuat seperti perwira Romawi harus kita satukan dengan kesadaran bahwa kita adalah satu tubuh di dalam Kristus. Di tengah kehidupan modern yang penuh dengan perbedaan dan tantangan, kita sering lupa akan esensi dari persekutuan dan iman. Kita mungkin datang ke Gereja, berdoa, dan menerima sakramen, tapi apakah kita sungguh-sungguh hidup dalam kasih dan persatuan sebagai umat Allah?
Pesan yang bisa kita ambil adalah bahwa kita harus menjaga iman kita tetap hidup, seperti perwira yang percaya penuh pada Yesus. Pada saat yang sama, kita juga dipanggil untuk menjaga kesatuan dan persaudaraan di tengah komunitas kita, agar persekutuan kita sungguh mencerminkan cinta Kristus yang utuh. Dalam iman yang kuat dan persekutuan yang erat, kita dapat menghayati pesan Injil dengan lebih nyata, diimankan dalam hati, dan diamalkan dalam tindakan sehari-hari. Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang penuh kasih, bimbinglah aku agar selalu percaya pada kehendak-Mu. Ajar aku untuk rendah hati, menerima segala rencana-Mu dengan ikhlas. Satukan kami dalam cinta dan damai, agar hidup kami mencerminkan kasih-Mu kepada semua orang. Amin.