Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 1 September 2024.
Kalender Liturgi hari Minggu 1 September 2024 merupakan Hari Minggu Biasa XXII, Hari Minggu Kitab Suci Nasional, Santo Pedro Armengol (1238-1304), Santa Verena (350), Ruth (abad 11 SM), dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 1 September 2024:
Bacaan Pertama Ul 4:1-2.6-8
Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu; dengan demikian kamu berpegang pada perintah Tuhan.
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, “Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup, dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu.
Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu, dan janganlah kamu menguranginya; dengan demikian kamu berpegang pada perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu.
Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu di mata bangsa-bangsa. Begitu mendengar segala ketetapan ini mereka akan berkata, Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi! Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita berseru kepada-Nya?
Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 15:2-3a.3cd-4ab.5
Ref: Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?
Orang yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebar fitnah dengan lidahnya.
Orang yang tidak berbuat jahat terhadap teman, dan tidak menimpakan cela kepada tetangganya yang memandang hina orang-orang tercela tetapi menjunjung tinggi orang-orang yang takwa, yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi.
Orang yang tidak meminjamkan uang dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian tidak akan goyah selama-lamanya.
Bacaan Kedua Yak 1:17-18.21b-22.27
Hendaklah kamu menjadi pelaku firman.
Saudara-saudaraku yang terkasih, setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang. Pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan pertukaran.
Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya pada tingkat yang tertentu kita menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Hendaklah kamu menjadi pelaku firman, dan bukan hanya pendengar! Sebab jika tidak demikian, kamu menipu diri sendiri.
Ibadah sejati dan tak bercela di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil Yak 1:18
Atas kehendak-Nya sendiri Bapa telah menjadikan kita berkat firman kebenaran, supaya kita menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
Bacaan Injil Mrk 7:1-8.14-15.21-23
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya -tidak makan tanpa membasuh tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?”
Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka, “Dengarlah Aku dan camkanlah ini! Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskan dia! Tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskan dia!
Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Minggu 1 September 2024
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menegur orang Farisi dan ahli Taurat karena mereka terlalu fokus pada aturan luar dan adat istiadat manusia. Mereka mempermasalahkan murid-murid Yesus yang makan tanpa membasuh tangan menurut tradisi. Namun, Yesus mengingatkan kita bahwa bukan tradisi atau ritual yang menentukan kesucian kita, melainkan keadaan hati kita. Apa yang keluar dari dalam hati—pikiran jahat, iri hati, atau kebencian—itulah yang sebenarnya menajiskan kita. Dengan kata lain, hati kita adalah pusat dari semua tindakan dan sikap kita.
Dalam bacaan pertama, Musa mengingatkan umat Israel untuk setia pada perintah Tuhan tanpa mengubahnya. Ketaatan pada hukum Tuhan bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi tentang membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan dan menunjukkan kebijaksanaan dalam hidup kita. Ketika kita mengikuti perintah Tuhan dengan tulus, kita menjadi contoh bagi orang lain tentang bagaimana hidup dalam kebenaran dan keadilan.
Sementara itu, bacaan kedua dari Yakobus mengajarkan kita bahwa segala pemberian baik datang dari Tuhan, dan kita harus menerima firman-Nya dengan kerendahan hati. Tetapi lebih dari itu, Yakobus menekankan pentingnya tidak hanya mendengar firman Tuhan, tetapi juga mengamalkannya dalam tindakan sehari-hari. Ibadah yang sebenarnya bukan hanya tentang ritual, tetapi tentang membantu mereka yang membutuhkan dan menjaga diri kita agar tetap bersih dari pengaruh buruk dunia.
Dalam kehidupan sehari-hari kita, sering kali kita terjebak dalam rutinitas dan kebiasaan yang tampaknya baik, namun kurang berarti jika tidak disertai dengan kualitas hati yang murni. Mungkin kita terfokus pada penampilan luar atau mengikuti aturan sosial, tetapi Yesus mengingatkan kita untuk memeriksa niat dan motivasi kita. Hati yang penuh dengan kasih dan kebaikan akan menghasilkan tindakan yang baik dan benar.
Ketaatan pada hukum Tuhan harus menjadi pedoman hidup kita, bukan hanya sekadar kewajiban. Ketika kita hidup sesuai dengan perintah Tuhan dengan tulus, kita akan merasakan kedekatan Tuhan dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Ibadah sejati tidak hanya terwujud dalam doa dan ritus, tetapi dalam tindakan nyata kita—membantu mereka yang lemah, mengasihi sesama, dan menjaga diri dari godaan dunia.
Marilah kita berusaha untuk hidup dengan hati yang bersih dan penuh kasih, setia pada perintah Tuhan, dan melaksanakan firman-Nya dalam tindakan sehari-hari. Dengan begitu, kita tidak hanya menjadi pendengar firman, tetapi pelaku yang mencerminkan kebaikan dan kasih Tuhan dalam setiap aspek hidup kita. Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang penuh kasih, bersihkanlah hati kami dari segala niat jahat dan bimbinglah kami untuk mengikuti perintah-Mu dengan setia. Jadikan kami pelaku firman-Mu, bukan hanya pendengar. Ajar kami untuk mengasihi sesama dan hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.