Perselingkuhan menjadi perhatian utama dalam kalangan selebritas di Indonesia belakangan ini.

Beberapa pasangan memilih untuk tetap mempertahankan pernikahan mereka, sementara yang lain dengan tegas memutuskan untuk berpisah.

Pertanyaannya adalah apakah pasangan yang berselingkuh, terutama dalam pernikahan, pantas untuk dimaafkan?

Matt Lundquist, seorang psikoterapis dan direktur Tribeca Therapy, menyatakan bahwa tidak semua perselingkuhan akan menghancurkan hubungan.

Meskipun sulit, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh pasangan untuk memperbaiki hubungan mereka setelah terjadinya perselingkuhan.

Seseorang yang Berselingkuh  Menyesali Tindakannya

Langkah pertama yang disarankan adalah mengunjungi konselor atau terapis bersama.

Lundquist menjelaskan bahwa mereka yang mampu mengakui bahwa mereka membutuhkan proses pemulihan memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil melewati perselingkuhan.

Terapi juga dapat membantu pasangan yang berselingkuh dan yang diselingkuhi memahami alasan di balik perselingkuhan tersebut, yang merupakan kunci untuk memperbaiki kepercayaan yang hilang dan saling memaafkan.

Namun, ini hanya satu dari banyak langkah yang harus diambil oleh pasangan untuk memperbaiki hubungan yang rusak akibat perselingkuhan.

Orang yang berselingkuh harus merasa menyesal atas tindakannya.

Lundquist mengatakan bahwa orang yang berselingkuh harus merasakan ketidaknyamanan dan harus membiarkan dirinya terganggu oleh pengalaman tersebut.

Ini harus dianggap sebagai peristiwa yang signifikan dalam kehidupan, dan sedikit rasa sakit diperlukan untuk tumbuh dan berubah.

Namun, jika orang yang berselingkuh menyangkal tindakannya, itu mungkin menjadi pertanda bahwa hubungan tersebut tidak dapat diperbaiki.

Jika orang yang berselingkuh menyalahkan perselingkuhan mereka pada alkohol atau ketidakmampuan untuk mengendalikan diri, daripada bertanggung jawab atas tindakan mereka, itu bisa berarti hubungan dengan pasangan mereka sudah tidak dapat diperbaiki.

Menyadari dan Memperbaiki Kehilangan Kepercayaan

Kehilangan kepercayaan adalah hal yang wajar setelah perselingkuhan terjadi, tetapi kepercayaan itu dapat dibangun kembali.

Lundquist menjelaskan bahwa meskipun tidak ada cara pasti untuk membangun kembali kepercayaan yang hilang, memberikan pemahaman yang kredibel tentang bagaimana perselingkuhan terjadi dapat membantu.

Jika kondisi yang menyebabkan perselingkuhan tidak diatasi, maka kemungkinan perselingkuhan akan terulang.

Seringkali, perselingkuhan lebih berkaitan dengan orang yang berselingkuh daripada orang yang diselingkuhi.

Seseorang yang berselingkuh mungkin mencari identitas yang hilang, kehidupan yang belum dijalani, atau pengalaman tertentu yang dirindukan.

Selain itu, seseorang mungkin berselingkuh karena takut bertambah tua, merasa stres, atau tidak bahagia dengan kehidupan mereka.

Faktor-faktor seperti sejarah keluarga atau rasa tidak aman di masa kecil juga dapat berperan dalam perselingkuhan.

Setelah orang yang berselingkuh menentukan alasan di balik tindakan mereka dan membagikan informasi tersebut kepada pasangan mereka, keduanya dapat membahas apakah mereka ingin memperbaiki hubungan atau tidak.

Meskipun tidak ada formula yang pasti untuk membangun kembali kepercayaan yang hilang, bekerja sama dalam mencari solusi dapat membantu pasangan mencapainya.

Tidak Bisa Langsung Memaafkan adalah Hal yang Wajar

Lundquist mengatakan bahwa kebanyakan pasangan yang mencari terapi ingin memaafkan dan mungkin terlalu terburu-buru melakukannya agar tidak menyakiti orang lain.

Namun, memberikan pengampunan dengan cepat dapat menimbulkan kebencian dan memperpanjang masalah dalam hubungan.

Sebaliknya, keduanya harus mengambil waktu untuk sembuh sebelum mencapai tahap pengampunan.

Dalam kesimpulannya, perselingkuhan bukanlah akhir dari segalanya.

Dengan komitmen, kerja sama, dan tekad yang kuat, pasangan yang menghadapi perselingkuhan dapat memperbaiki hubungan mereka dan memulihkan kepercayaan yang hilang.