Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral.
Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam. Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita bahas Injil Katolik buat Senin 18 Maret 2024.
Kalender Liturgi hari ini Senin 18 Maret 2024 merupakan Hari Senin Prapaskah V, Peringatan fakultatif Santo Syrillus dari Yerusalem, Uskup dan Pengaku Iman, Santo Anselmus dari Lucca, Uskup, Santo Salvator OFM, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 18 Maret 2024:
Bacaan Pertama Daniel 13:1-9,15-17,19-30,33-62
Sungguh, aku mati, meskipun aku tidak melakukan sesuatu pun dari yang mereka tuduhkan.
Adalah seorang orang diam di Babel, Yoyakim namanya. Ia mengambil seorang isteri yang bernama Susana anak Hilkia. Isterinya itu amat sangat cantik dan takut akan Tuhan. Karena orang tuanya benar maka anak mereka dididik menurut Taurat Musa.
Adapun Yoyakim adalah amat kaya dan dimilikinya sebuah taman yang berdekatan dengan rumahnya. Oleh karena ia paling terhormat di antara sekalian orang maka orang-orang Yahudi biasa berkumpul padanya.
Nah, dalam tahun itu ada dua orang tua-tua dari antara rakyat ditunjuk menjadi hakim. Tentang mereka itulah Tuhan telah berfirman: “Kefasikan telah datang dari Babel, dari kaum tua-tua, dari para hakim yang berlagak pengemudi rakyat.”
Orang-orang tua-tua itu sering mengunjungi rumah Yoyakim, tempat setiap orang yang mempunyai suatu perkara datang kepada mereka. Apabila menjelang tengah hari rakyat sudah pergi masuklah Susana untuk berjalan-jalan di taman suaminya.
Kedua orang tua-tua itu setiap hari mengintip Susana, apabila ia masuk dan berjalan-jalan di situ. Maka timbullah nafsu berahi kepada Susana dalam hati kedua orang tua-tua itu.
Mereka lupa daratan dan membuang muka, sehingga tidak memandang Sorga dan tidak ingat kepada keputusan yang adil.
Sedang mereka menunggu saat yang baik maka pergilah Susana ke taman itu seperti yang sudah-sudah. Ia hanya disertai dua orang dayang, karena cuaca panas maka ia mau mandi di taman itu. Tiada seorangpun ada di sana kecuali kedua orang tua-tua itu yang bersembunyi sambil mengintip Susana.
Kata Susana kepada dayang-dayangnya: “Ambilkanlah aku minyak dan urap dan tutuplah pintu-pintu taman, maka aku dapat mandi.” Segera setelah dayang-dayang itu keluar bangunlah kedua orang tua-tua itu dan bergegas-gegas menuju Susana.
Berkatalah mereka: “Pintu-pintu taman sudah tertutup dan tidak ada seorangpun melihat kita. Kami sangat cinta berahi kepadamu. Berikanlah hati saja dan tidurlah bersama-sama dengan kami.
Tetapi kalau engkau tidak mau, pasti kami naik saksi terhadapmu, bahwa seorang pemuda kedapatan padamu dan bahwa oleh karena itulah maka dayang-dayang itu kausuruh pergi.”
Bernafaslah Susana lalu berkata: “Aku terdesak sekeliling. Sebab jika hal itu kulakukan, niscaya mati menanti aku. Jika tidak kulakukan, maka aku tidak lolos dari tangan kamu.
Namun demikian lebih baiklah aku jatuh ke dalam tangan kamu dengan tidak berbuat demikian, dari pada berbuat dosa di hadapan Tuhan.”
Lalu Susana berteriak-teriak dengan suara nyaring. Tetapi kedua orang tua-tua itupun berteriak-teriak pula melawan Susana. Yang satu lari membuka pintu taman. Demi teriak di taman itu didengar oleh orang-orang yang ada di dalam rumah, bergegas-gegas masuklah mereka lewat pintu samping untuk melihat apa yang terjadi dengan Susana.
Setelah kedua orang tua-tua itu memberikan keterangan-keterangan maka amat malulah para pelayan, sebab belum pernah hal semacam itu dikatakan tentang Susana.
Ketika keesokan harinya rakyat berkumpul lagi pada Yoyakim, suami Susana, datang pula kedua orang tua-tua itu penuh dengan angan-angan fasik terhadap Susana untuk membunuh dia.
Di depan rakyat mereka berkata: “Suruhlah ambil Susana anak Hilkia, isteri Yoyakim!” Maka diambillah ia. Datanglah Susana dengan disertai orang tuanya. Anak-anaknya dan kaum kerabatnya. Sanak saudara dan semua yang melihat Susana menangis.
Sementara kedua orang tua-tua itu berdiri di tengah-tengah rakyat dan meletakkan tangan mereka di atas kepala Susana, maka Susana sendiri menengadah ke Sorga sambil menangis, sebab hatinya tetap percaya pada Tuhan.
Kemudian kata kedua orang tua-tua itu: “Sedang kami berdua saja berjalan-jalan di taman, masuklah ia bersama dengan dua sahaya, lalu pintu-pintu taman itu ditutup dan disuruhnya sahaya-sahaya itu pergi.
Lalu datanglah seorang pemuda yang bersembunyi di situ kepadanya dan berbaring sertanya. Ketika kami yang ada di sudut taman melihat kefasikan itu maka berlari-larilah kami kepada mereka.
Walaupun kami melihat mereka tidur bersama-sama di sana, namun kami tidak dapat menangkap pemuda itu karena ia lebih kuat dari kami. Ia membuka pintu lalu melarikan diri.
Tetapi dia ini kami pegang dan kami menanyakan siapa pemuda itu. Ia tidak mau memberitahu kami. Inilah kesaksian kami.” Himpunan rakyat percaya akan mereka, oleh karena mereka adalah orang tua-tua di antara rakyat dan hakim. Lalu hukuman mati dijatuhkannya kepada Susana.
Maka berserulah Susana dengan suara nyaring: “Allah yang kekal yang mengetahui apa yang tersembunyi dan yang mengenal sesuatu sebelum terjadi,
Engkaupun tahu pula bahwa mereka itu memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati meskipun tidak kulakukan sesuatupun dari apa yang mereka bohongi aku.”
Maka Tuhan mendengarkan suaranya. Ketika Susana dibawa keluar untuk dihabisi nyawanya, maka Allah membangkitkan roh suci dari seorang anak muda, Daniel namanya.
Berserulah ia dengan suara nyaring: “Aku ini tidak bersalah terhadap darah perempuan itu!” Maka segenap rakyat berpaling kepada Daniel, katanya: “Apakah maksudnya yang kaukatakan itu?”
Danielpun lalu berdiri di tengah-tengah mereka, katanya: “Demikian bodohkah kamu, hai orang Israel? Adakah kamu menghukum seorang puteri Israel tanpa pemeriksaan dan tanpa bukti? Kembalilah ke tempat pengadilan,
sebab kedua orang itu memberikan kesaksian palsu terhadap perempuan ini!” Bergegas-gegas kembalilah rakyat lalu orang-orang tua itu berkata kepada Daniel: “Kemarilah, duduklah di tengah-tengah kami dan beritahulah kami. Sebab Allah telah menganugerahkan kepadamu martabat orang tua-tua.”
Lalu kata Daniel kepada orang-orang yang ada di situ: “Pisahkanlah mereka berdua itu jauh-jauh, maka mereka akan kuperiksa.” Setelah mereka dipisahkan satu sama lain maka Daniel memanggil seorang di antara mereka dan berkata kepadanya:
“Hai engkau, yang sudah beruban dalam kejahatan, sekarang engkau ditimpa dosa-dosa yang dahulu telah kauperbuat dengan menjatuhkan keputusan-keputusan yang tidak adil,
dengan menghukum orang yang tidak bersalah dan melepaskan orang yang bersalah, meskipun Tuhan telah berfirman: Orang yang tak bersalah dan orang benar janganlah kaubunuh.
Oleh sebab itu, jika engkau sungguh-sungguh melihat dia, katakanlah: Di bawah pohon apakah telah kaulihat mereka bercampur?” Sahut orang tua-tua itu: “Di bawah pohon mesui.”
Kembali Daniel berkata: “Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri! Sebab malaikat Allah sudah menerima firman dari Allah untuk membelah engkau!”
Setelah orang itu disuruh pergi Danielpun lalu menyuruh bawa yang lain kepadanya. Kemudian berkatalah Daniel kepada orang itu: “Hai keturunan Kanaan dan bukan keturunan Yehuda, kecantikan telah menyesatkan engkau dan nafsu berahi telah membengkokkan hatimu.
Kamu sudah biasa berbuat begitu dengan puteri-puteri Israel dan merekapun terpaksa menuruti kehendakmu karena takut. Tetapi puteri Yehuda ini tidak mau mendukung kefasikanmu!
Oleh sebab itu, katakanlah kepadaku: Di bawah pohon apakah telah kaudapati mereka bercampur?” Sahut orang tua-tua itu: “Di bawah pohon berangan.”
Kembali Daniel berkata: “Baguslah engkau mendustai kepalamu sendiri. Sebab malaikat Allah sudah menunggu-nunggu dengan pedang terhunus untuk membahan engkau, supaya membinasakan kamu!”
Maka berseru-serulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu,
sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya.
Sesuai dengan Taurat Musa kedua orang itu dibunuh. Demikian pada hari itu diselamatkan darah yang tak bersalah.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: ‘ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. ‘Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.
Bait Pengantar Injil
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan kepada pertobatannyalah Aku berkenan, supaya ia hidup.
Bacaan Injil Yohanes 8:1-11
“Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini.”
tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 18 Maret 2024
“Pengampunan, Keadilan, dan Kebenaran”
Bacaan Injil Yohanes 8:1-11 memberikan kita sebuah cerminan tentang belas kasihan dan pengampunan yang sangat mendalam dari Yesus Kristus. Dalam kisah ini, Yesus dengan lembut menunjukkan kepada kita bagaimana sikap-Nya terhadap dosa dan orang berdosa.
Ketika orang-orang membawa seorang perempuan yang tertangkap berbuat zinah kepada-Nya, mereka ingin mencobai Yesus dan menempatkan-Nya dalam posisi sulit. Mereka mengacu pada hukum Musa yang memerintahkan pelaku zinah dilempari dengan batu sampai mati. Namun, Yesus dengan bijaksana menanggapi mereka dengan mengatakan, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Tindakan Yesus ini mengajarkan kepada kita dua hal yang penting. Pertama, Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah sang penengah yang penuh belas kasihan. Dia tidak langsung menghukum perempuan itu, melainkan memberi kesempatan kepada siapa pun yang tidak berdosa untuk memulai hukuman. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah sumber belas kasihan dan pengampunan yang tak terbatas. Dia menunjukkan belas kasihan dan memberi kesempatan kedua kepada orang yang berdosa untuk bertobat.
Kedua, dengan pertanyaan Yesus itu juga, Dia mengingatkan kita untuk memeriksa diri sendiri sebelum menilai atau menyalahkan orang lain. Yesus tidak mengabaikan dosa, tetapi Dia menunjukkan bahwa kita semua memiliki dosa dan kesalahan kita sendiri yang perlu kita akui sebelum menyalahkan orang lain.
Dalam kehidupan kita, ketika kita menghadapi situasi di mana kita cenderung untuk menghakimi atau mengutuk orang lain atas kesalahan atau dosa yang mereka lakukan. Dalam momen-momen tersebut, kita harus mengingat pesan Yesus dalam Injil ini untuk memeriksa diri kita sendiri, mengasah belas kasihan, dan memberikan kesempatan bagi orang lain untuk bertobat dan berubah.
Ketika kita mampu memaafkan orang lain, kita mencerminkan karakter Kristus dan memberikan kesempatan bagi pembaharuan dan rekonsiliasi.
Begitu juga dalam kisah dari Kitab Daniel, kita melihat perjuangan Susana, seorang yang tak bersalah, yang hampir menjadi korban kezaliman dan kebohongan orang-orang tua yang berkuasa. Namun, Allah mengutus Daniel untuk memperjuangkan keadilan bagi Susana. Melalui pengungkapan kebohongan orang tua itu, Daniel membuktikan keadilan Allah yang tak terbantahkan. Kesaksian yang jujur dan pengorbanan untuk membela yang benar menjadi sorotan dalam kisah ini.
Marilah kita melihat kasih karunia dan pengampunan Tuhan yang tak terbatas. Seperti Yesus yang mengampuni perempuan berdosa, kita pun dipanggil untuk menyadari dosa-dosa kita sendiri dan siap bertobat. Kedua, kita diminta untuk menjadi pembela keadilan di tengah dunia yang penuh dengan kezaliman dan ketidakadilan. Seperti Daniel yang berdiri untuk membela Susana, mari kita menjadi suara bagi mereka yang tertindas dan mencari keadilan bagi mereka yang tidak memiliki suara. Amin.
Doa Penutup
Ya Tuhan yang penuh belas kasihan, ajarilah kami untuk mengikuti teladanmu dalam memberikan kasih dan pengampunan kepada sesama. Bantulah kami untuk memeriksa diri sendiri sebelum menilai orang lain. Jadikanlah kami pembawa keadilan di dunia ini. Amin.