Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral.
Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam. Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita bahas Injil Katolik buat Selasa, 06 Februari 2024.
Kalender Liturgi hari ini Selasa, 06 Februari 2024 merupakan Hari Selasa Pekan Biasa V, Peringatan Wajib Santo Paulus Miki, dkk; Martir, Santa Dorothea dan Theopilus, Martir, dengan Warna Liturgi Merah.
Yuk, kita simak susunan lengkap Bacaan Injil dan Renungan Katolik hari ini, tanggal 06 Februari 2024:
Bacaan Pertama 1 Raja-Raja 8:22-23.27-30
“Engkau telah bersabda, “Nama-Ku akan tinggal di sana.” Dengarkanlah permohonan umat-Mu Israel.”
Pada hari pentahbisan rumah Allah, Raja Salomo berdiri di depan mezbah Tuhan di hadapan segenap jemaah Israel. Ia menadahkan tangannya ke langit, lalu berkata, “Ya Tuhan, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas, dan di bumi di bawah.
Engkau memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu.
Benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, apalagi rumah yang kudirikan ini!
Karena itu berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya Tuhan Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini!
Kiranya siang malam mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, terhadap tempat yang tentangnya Kaukatakan: ‘Nama-Ku akan tinggal di sana’.
Dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel, yang mereka panjatkan di tempat ini; dengarkanlah dari tempat kediaman-Mu di surga; dan apabila Engkau mendengarnya maka Engkau akan mengampuni.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 84:3.4.5.10.11
Ref. Betapa menyenangkan kediaman-Mu, ya Tuhan semesta alam!
Jiwaku merana karena merindukan pelataran rumah Tuhan; jiwa dan ragaku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup.
Bahkan burung pipit mendapat tempat dan burung laying-layang mendapat sebuah sarang, tempat mereka menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
Berbahagialah orang yang diam di rumah-Mu, yang memuji-muji Engkau tanpa henti. Lihatlah kami, ya Allah, perisai kami, pandanglah wajah orang yang Kauurapi.
Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik.
Bait Pengantar Injil Mzm 119:36a.29b
Ref. Alleluya
Condongkanlah hatiku kepada perintah-Mu, ya Allah dan kurniakanlah hukum-Mu kepadaku.
Bacaan Injil Markus 7:1-13
“Kamu akan mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus,
“Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?”
Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis:
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri.
Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku,
yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya.
Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 06 Februari 2024
Saudara-saudari yang dikasihi dalam Yesus Kristus, dalam refleksi harian kita pada Selasa, 6 Februari 2024, kita diajak merenungi bacaan Injil Markus 7:1-13.
Hari ini, kita diingatkan akan urgensi melaksanakan perintah Tuhan, sekaligus menjauhi perangkap adat istiadat manusia. Renungan ini mengajak kita untuk lebih mendalam dan sungguh-sungguh menghayati ajaran-Nya.
Dalam keseharian hidup kita yang diwarnai oleh adat istiadat dan tradisi, seringkali kita merasa terikat oleh norma-norma yang turun-temurun, seakan-akan itu menjadi ukuran suci di hadapan Tuhan. Namun, pada hari ini, kita diajarkan oleh Yesus Kristus melalui pertemuan-Nya dengan sejumlah orang Farisi dan ahli Taurat.
Suatu hari, mereka melihat beberapa murid Yesus makan tanpa membilas tangan, dan pertanyaan tajam pun dihujat, “Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?” Pertanyaan ini mencerminkan realitas zaman kita, di mana adat seringkali ditempatkan di atas substansi iman.
Dengan tegas, Yesus menyatakan bahwa mereka telah mengabaikan perintah Allah demi menjaga adat-istiadat manusia. Dia mengingatkan dengan lembut, “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”
Renungan ini memanggil kita untuk merenung sejauh mana kita terjebak dalam kepalsuan yang mungkin muncul dalam bentuk ketaatan kepada adat, namun hati kita jauh dari kepatuhan kepada Tuhan. Bagaimana mungkin kita memberikan ibadah yang tulus jika hanya mengejar norma-norma tanpa memahami makna sejati iman?
Di tengah masyarakat kita yang masih erat dengan adat istiadat, kita diajak untuk meneliti kembali nilai-nilai yang kita pegang. Yesus menunjukkan bahwa mengabaikan perintah Allah demi memelihara adat-istiadat adalah tanda kebijaksanaan yang sesat. Pertanyaannya adalah, apakah tindakan kita sesuai dengan kasih Tuhan ataukah hanya mengikuti kebiasaan yang kehilangan makna rohaniah?
Peringatan Yesus tentang pengabaian kewajiban anak kepada orang tua juga relevan untuk kita. Terkadang, dalam keterikatan dengan norma-norma keagamaan, kita lupa akan tanggung jawab kita terhadap keluarga. Semua perbuatan kita seharusnya menjadi persembahan yang tulus kepada Tuhan, bukan alasan untuk menghindari tanggung jawab terhadap orang tua.
Sabda hari ini mengingatkan kita semua, umat beriman, agar dalam cara hidup dan bertindak, kita senantiasa mengutamakan kehendak dan perintah Allah daripada adat-istiadat manusia. Mari kita hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan semangat iman, setia pada sabda dan ajaran-Nya, melepaskan diri dari keterikatan pada nasihat manusia.
Secara umum, mari kita jalani segala tatanan dan aturan dengan semangat cinta kasih, karena tatanan dan aturan tersebut dibentuk atas dasar cinta kasih demi cinta kasih.
Melalui Injil ini, marilah kita merenung dan meninjau kembali motivasi hati kita dalam beragama. Semoga kita dapat mengevaluasi sejauh mana kita menjalankan perintah Allah dalam keseharian kita, dan tidak terjebak dalam kepalsuan hidup yang hanya mengutamakan adat di atas substansi iman. Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang Maha Penyayang, dalam kerendahan hati kami berdoa, bimbinglah kami untuk hidup menurut kehendak-Mu. Engkau Tuhanku, jauhkanlah kami dari perangkap dosa, dan kuatkanlah iman kami agar tulus mengikuti-Mu dalam setiap langkah hidup kami.
Amin.