Lagi-lagi dunia musik Tanah Air bikin geger! Kali ini, band punk asal Purbalingga, Sukatani, jadi pusat perhatian gegara lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar”. Lagu ini viral abis di media sosial karena liriknya yang nyelekit dan dianggap mengkritik keras institusi kepolisian. Tapi, yang bikin makin heboh, tiba-tiba lagu itu ditarik dari semua platform! Ada apa nih? Tekanan atau kesadaran sendiri?
Lagu Viral, Terus Ngilang!
Setelah ramai di TikTok dan platform musik lainnya, tiba-tiba Sukatani ngumumin kalau mereka menarik lagu ini dari peredaran. Pengumuman ini disampaikan langsung lewat akun @sukatani.band di Instagram pada 20 Februari 2025.
Dalam unggahannya, dua personil band, Muhammad Syifa Al Lufti (gitaris) dan Novi Citra Indriyati (vokalis), juga menyampaikan permintaan maaf mereka ke Kapolri dan institusi kepolisian.
Yang bikin netizen makin curiga, biasanya dua pentolan Sukatani ini suka tampil misterius pakai topeng, tapi kali ini mereka muncul tanpa penutup wajah! Banyak yang bertanya-tanya, apa mereka kena tekanan?
Lirik Pedas Bikin Goyang!
Lirik lagu “Bayar Bayar Bayar” memang nggak main-main. Lagu ini menyoroti isu pungli alias pungutan liar di berbagai aspek kehidupan, mulai dari pembuatan SIM, tilang di jalan, sampai urusan hukum. Nih, cuplikan liriknya:
Mau bikin SIM bayar polisi
Ketilang di jalan bayar polisi
Touring motor gede bayar polisi
Angkot mau ngetem bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau bikin gigs bayar polisi
Lapor barang hilang bayar polisi
Masuk ke penjara bayar polisi
Keluar penjara bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau korupsi bayar polisi
Mau gusur rumah bayar polisi
Mau babat hutan bayar polisi
Mau jadi polisi bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Gimana nggak panas tuh? Lagu ini kayak tamparan keras buat oknum yang sering bikin masyarakat jadi korban.
Kapolri: Kritik Itu Wajar!
Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo akhirnya buka suara soal kehebohan ini. Menurutnya, kritik itu harus diterima dengan lapang dada dan dijadikan bahan evaluasi buat perbaikan.
“Kami harus legawa dalam menerima kritik, yang penting ada perbaikan,” kata Kapolri saat diwawancara di Jakarta pada 21 Februari 2025.
Kapolri juga menegaskan kalau Polri terus berbenah dan akan memberi hukuman buat anggota yang melanggar aturan serta penghargaan bagi yang berprestasi. So, buat yang ngerasa kritik ini terlalu keras, ya harusnya jadi bahan refleksi juga, kan?
Ada Tekanan atau Cuma Salah Paham?
Meski udah minta maaf dan bilang kalau penarikan lagu dilakukan secara sadar dan sukarela, nggak sedikit yang menduga ada tekanan dari pihak tertentu.
Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum Indonesia (PBHI), Julius Ibrani, bahkan menduga kalau ada ancaman terselubung yang bikin band ini terpaksa menarik karya mereka.
“Kami menduga ada strategi intelijen yang membuat mereka akhirnya meminta maaf dan menarik lagu mereka. Ini pelanggaran Hak Asasi Manusia!” tegas Julius.
Banyak pihak juga menilai kalau ini adalah bentuk kemunduran demokrasi. Dulu, zaman Orde Baru, banyak karya seni yang kena sensor kalau berani mengkritik pemerintah. Masa sekarang mau balik ke era itu lagi?
Terlepas dari kontroversinya, lagu “Bayar Bayar Bayar” sukses bikin heboh dan membuka diskusi penting soal kebebasan berekspresi.
Di satu sisi, kritik memang harus bisa diterima dengan dewasa. Tapi di sisi lain, kalau kritik malah dibungkam, ini bisa jadi sinyal bahaya buat demokrasi kita.
Jadi, menurut kalian, Sukatani ditindas atau memang sadar diri? Apa lagu ini harusnya tetap dipertahankan sebagai bentuk kritik sosial?
#Sukatani #BayarBayarBayar #KritikPolisi #MusikPunk #KebebasanBerekspresi